Lihat ke Halaman Asli

Doa Terindah

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

//www.shutterstock.com)

[caption id="attachment_3464" align="alignleft" width="176" caption="Pendoa (http://www.shutterstock.com)"][/caption]

ALKISAH ada seorang ibu yang gemar berdoa. Waktu doa senantiasa ditunggu-tunggu lantaran baginya berdoa itu menggembirakan hatinya. Ia mencintai Tuhan dengan segenap jiwa raganya. Ke manapun ia pergi, buku doa selalu dibawanya. Apabila waktu doa tiba dengan serta merta dan segera ia segera khusuk berdoa.

Pada suatu hari ia bekerja di ladangnya. Ketika jadwal doa petang tiba barulah ia sadar bahwa buku doanya ketinggalan. Ia merasa panik. Akan tetapi setelah berpikir sejenak, ia mendapat gagasan cerdas dan mulai berdoa.

"Ya Tuhan Maha Pengasih, ampunilah hamba-Mu karena lupa membawa buku doa, padahal tanpa buku doa itu aku tidak bisa berdoa dengan baik. Namun aku akan mengucapkan huruf a sampai z. Kemudian dengan suara lirih perlahan dan penuh penghayatan diejanya susunan abjat: a, b, c, d, e, ..., z. Lantaran Engkau Maha Tahu ya Tuhan mohonlah kiranya menyusun sendiri huruf-huruf tadi menjadi untaian doa petang ini." Sesudah berterima kasih ia pun mengucapkan amin.

Di surga, konon, Tuhan sangat gembira. "Wahai para malaikat," seru Tuhan memanggil hamba-hamba surgawi itu, "Lihat, inilah doa terindah yang naik hari ini karena datang dari hati yang penuh cinta dan diungkapkan dengan cerdas dan kreatif."

Semua malaikat turut senang dengan doa yang unik dan cerdas itu....

***

Cerita sufi di atas saya kutip dari karya Anthony De Mello, Contact with God: Retreat Conferences (Chicago: Loyola Press, 1991). Anthony De Mello, adalah seorang Romo Yesuit dan Direktur Institut Sidhana di Poona, India.Gayanya dalam menulis penuh dengan kekocakan, sindirian, dan satiris akan kehidupan keimanan seseorang (dalam hal ini keimanan Katolik). Namun demikian, cerita-ceritanya penuh dengan pesan moral tinggi.

Karya-karya Tony --demikian panggilan akrab Anthony De Mello-- yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, diantaranya: Burung Berkicau (Song of the Bird), Berbasa Basi Sejenak 1 & 2 (One Minute Nonsense), Dipanggil untuk Mencinta (Call to Love), Doa Sang Katak 1 & 2 (The Prayer of The Frog 1 & 2), Hidup di Hadirat Allah (Contact with God: Retreat Conferences) dan lain-lain.

Apabila anda menghayati dan mencerna cerita di atas, sesungguhnya Tony De Mello tengah menyindir para pemeluk teguh agama (manapun). Bahwa banyak orang berdoa kepada Tuhan, namun hanya mengikuti proses ritual belaka. Tanpa seseorang menghayati makna terdalam akan doa yang dipanjatkannya itu.

Banyak pula orang berdoa, namun ia ngebut dalam doanya. Tidak ada kekhusukan didalamnya. Seakan-akan dengannya, Tuhan pasti akan mengabulkan doa tersebut. Sebuah sindiran yang mengena. Dan mudah-mudahan, kita tidak termasuk dalam golongan pendoa semacam itu.

*****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline