Lihat ke Halaman Asli

Dwi Kartika

MAHASISWA

Simfoni Hujan

Diperbarui: 5 Juli 2024   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixlr.com/id/image-generator/

Di balik jendela, gemuruh rintik menjelang,Mengetuk lembut, seakan kisah ingin disampaikan,Dalam derasnya, ada lagu sunyi yang bercerita,
Tentang hati yang pernah terluka dan kembali mekar.

Butir-butir hujan menari di udara,
Menembus gelap, membawa harapan yang baru,
Setiap tetes adalah pelajaran, setiap alirannya nasihat,
Bahwa setelah badai, pelangi pasti datang menyapa.

Lentera malam bersinar redup, dihiasi percikan air,
Mencipta bayangan, mengukir memori yang tak terlupakan,
Dalam gemerlap hujan, kita temukan renungan,
Bahwa hidup adalah tentang bertahan dan bangkit.

Hujan adalah sahabat dalam kesendirian,
Mengiringi tangis yang terpendam dalam diam,
Namun juga teman setia dalam kebahagiaan,
Menyulam kenangan dalam irama yang damai.

Di setiap sudut, aroma tanah basah menguar,
Menyentuh jiwa, mengajak merenung sejenak,
Bahwa seperti bumi yang disirami hujan,
Hati pun butuh penyucian dari luka-luka lalu.

Mari berdansa di bawah hujan, dalam kebebasan,
Merasakan sentuhannya, sejuk dan penuh kasih,
Karena hujan mengajarkan kita untuk terus berharap,
Bahwa setelah gelap, terang akan selalu datang.

Puisi ini menggambarkan hujan sebagai simbol dari berbagai aspek kehidupan manusia: tantangan, pembelajaran, refleksi diri, kesendirian, kebahagiaan, penyucian, dan harapan. Hujan mengajarkan kita bahwa setiap pengalaman, baik atau buruk, memiliki makna dan nilai yang membantu kita tumbuh dan berkembang. Setelah menghadapi badai, kita akan menemukan pelangi, menandakan harapan dan kebahagiaan yang menanti di masa depan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline