Sepoi angin menelisik di pagi ini
Terduduk aku di bebatuan
Ditemani lincah ombak Air Menanti
Buih putihnya pudar menyentuh pasir
Guratan wajah ayu melintas
Senyum tulusnya pernah menghias mimpiku
Gelak tawanya berpadu dengan celotehku
Kala canda menyatu di deru debu jembatan satu
Tiba suatu waktu lambaian tangannya tak bisa kuhindari
Kursi panjang di Hang Nadim dingin membeku bersama isakku
Kini rindu ini kutitipkan pada burung besi