"Pikiran mampu mengalahkan segalanya," tutur salah satu dosen yang mengajariku. Tetapi, aku hanya menertawakan kalimat sederhana itu. Percaya tidak percaya, aku melewati hariku dengan penuh rintangan.
Namaku Dwi Fitriani, sebelumnya aku dikenal sebagai seorang motivator. Tetapi, tidak di saat depresi mulai menyerangku hingga menghilangkan beberapa kebiasaan baikku seperti: berbagi kebahagiaan kepada orang lain, memaparkan senyuman dan suka membantu orang lain semampuku saja.
Aku sangat terpukul ketika kesetiaanku dibalas penghianatan oleh orang terdekatku. Rasanya aku seperti kehilangan separuh dari diriku, di sela-sela tangisku. Aku kembali mengingat kalimat sederhana dari dosenku.
Bahwa, "Pikiran mampu mengalahkan segalanya" setelah kupikirkan lagi, barulah aku mengerti bahwa pentingnya berproses. Mengembalikan kepercayaan diri itu butuh proses yang panjang dan tentunya ada teori sebelum mempraktikkan pada diri sendiri.
Aku mencoba mengubah pola pikirku, yang tadi menjadi takut hingga akhirnya aku memaksakan diri untuk menghadapi dan melawan ketakutanku. Tentunya itu adalah hal yang tak mudah, tapi tekadku kuat dan berkata, "Aku pasti bisa menemukan jati diriku sendiri, hingga akhirnya aku mengerti bahwa pola pikir memang menjadi acuan unutk menciptakan fisik yang sehat dan sejahtera.