Lihat ke Halaman Asli

Dwi Fitriani

Mahasiswa IAIN Jember

Di Saat Etika dan Moral Kian Memudar

Diperbarui: 13 April 2020   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah bukanlah melulu tentang proses belajar yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan saja. Tetapi disini ia  juga mempunyai peran aktif untuk mencetak perilaku baik dari setiap siswanya. Dalam lembaga pendidikan pastinya ada seorang pendidik dan peserta didik yang harus saling berkontribusi agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pendidik di sini harus mengetahui bagaimana posisi yang seharusnya dilakukan, begitupun dengan peserta didik yang harus mengerti bagaimana sikap yang harus ditunjukkan. Guru disini pastinya selalu senantiasa mengupayakan untuk membentuk perlaku baik bagi setiap siswanya.

Guru adalah orang tua kedua yang seharusnya dihormati layaknya menghormati orang tua dirumah. Menghormati orang yang lebih tua sudah menjadi kebiasaan dan hal yang lumrah dan patut untuk selalu diingat oleh semua orang. Tetapi bagaimana jika siswa sudah tidak menanamkan prinsip tersebut.

Apa jadinya jika anak-anak muda mulai melupakan hal tersebut. Di sini ada guru yang harusnya dihormati bukan disakiti. Di sini juga ada siswa yang harusnya menghormati bukan mencaci. Siswa disini juga harus sadar jika ia harus punya rasa peduli dan santun kepada orang yang telah memberikan ilmu kepadanya. 

Namun faktanya di era sekarang ini ditengah kabar yang beredar, miris rasanya ketika mendengarkan apa yang terjadi di beberapa sekolah. Hal yang tidak mengenakan yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Beberapa para peserta didik yang seolah-olah lupa dengan nilai-nilai kemanusiaan yang harusnya mereka punyai. Heran rasanya ketika mendengarkan berita yang yang wara-wiri di beberapa media mengenai hal tersebut. Guru yang ditampar oleh siswanya, guru yang ditendang kursi, guru yang ditantang berkelahi karena menegur mereka merokok.

Padahal disini guru selalu senantiasa mengajarkan kebaikan dan menegur siswa jika dirasa perilaku tersebut salah, agar selalu menjadi siswa yang mempunyai perilaku baik. Rasanya hilang sekejab wibawa seorang guru di mata murid tersebut jika peserta didik ini berlaku seperti itu. 

Guru di sini mempunyai peran yang sangat besar. Ia rela meluangkan waktunya dengan ikhlas memberikan pengetahuan atau ilmu yang mereka punya hanya untuk peserta didiknya. Terkadang ia rela menyampaikan materi dengan terus menerus sampai peserta didik nya paham tentang maksud dari suatu pembelajaran tersebut.

Bagaimana hati seorang guru tersebut jika mengetahui siswanya berlaku seperti itu. Sedih ? ya sudah pasti, bukan lagi marah yang ada dipikiranya tetapi rasa sedih yang terus ada. Mengapa mereka sampai seperti itu. Guru yang baik disini pasti didalam hati kecilnya merasa gagal karena belum bisa membentuk siswa menjadi pribadi yang baik.

Lantas bagaimana hal ini disikapi. Tentunya harus ada kerjasama antara guru dan juga orang tua agar siswa mengerti dan tidak melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh sebab itu,  guru disini harus selalu berupaya menyelipkan materi mengenai moral dan akhlak disetiap pembelajarannya. 

Agar pembentukan moral dan perilaku siswa dapat terwujud dengan baik. Serta peran orang tua di rumah juga tidak kalah besar untuk mengajarkan etika dan moral yang baik untuk anak-anaknya. Karena bagaimanapun keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline