Lihat ke Halaman Asli

Hidup Laksana Menikmati Kopi

Diperbarui: 31 Maret 2018   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menikmati kopi bisa dilakukan dengan bermacam cara. Bisa panas bisa dingin, bisa tanpa gula bisa juga dengan campuran gula. Ketika dipanaskan aroma kopi semakin menguar, mengundang para pecandu untuk menikmatinya.

Namun, dibalik nikmatnya rasa kopi ada filosofi yang bisa diambil pelajaran dalam hidup. Kopi itu awalnya keras, padat, tidak lunak. Namun ketika dipanaskan hingga suhu tertentu, kondisi kopi tetap sama seperti awalnya. Tidak jadi keras dan tidak pula makin lembek. Justru aroma harum kopi semakin terasa ketika mengalami pemanasan.

Begitupun saat dinikmati, jika dibiarkan tanpa gula maka rasanya sangat pahit. Namun jika diberi gula terlalu banyak, rasanya terlalu manis dan tidak nikmat. Jadi kopi harus dinikmati dengan takaran yang pas. Ada pahitnya, ada pula manisnya.

Demikian pula dengan manusia. Ketika dia ditempa dengan berbagai macam masalah kehidupan maka seharusnya tidak menjadikannya makin keras dan tidak pula menjadikannya makin lembek alias putus asa.

Hidup itu tidak mudah. Ada duri-duri yang menghalangi jalan, ada berbagai rintangan, hambatan, kesenangan, kenikmatan, dll. Itulah yang namanya ujian. Nano-nano rasanya, ada manis, asem, asin. Tapi justru disitulah nikmatnya hidup, jadi lebih berwarna dan penuh makna.

Jika hidup terlalu mudah, tidak ada ujian, tidak ada kesulitan, maka bak kopi kelebihan gula rasanya terlalu manis. Tidak nikmat, tidak akan mendewasakan dan monoton. Nikmatnya kopi karena ada manisnya ada pahitnya. Pun dengan hidup yang akan terasa perjuangannya ketika sesekali Allah berikan ujian. Dicabut sedikit kenikmatannya, dicabut sedikit kebahagiaannya untuk menguji sejauh mana tingkat keimanan seseorang.

Bukankah sekolah akan naik kelas jika sudah melewati ujian? Begitu pula hidup. Jangan sampai seseorang mengaku beriman sementara Allah belum membuktikannya dengan ujian.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"

"Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."

Dengan demikian tidak ada manusia yang lepas dari ujian Allah. Apapun bentuknya, baik besar atau kecil, baik berupa kesenangan ataupun kesengsaraan. Semua itu adalah ujian, yang akan membuat hidup kita lebih indah dan berwarna. Sebagaimana kopi yang ada rasa manisnya ada pula rasa pahitnya. Justru itulah nikmatnya hidup. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline