Lihat ke Halaman Asli

Nasib Buruh: Antara Tuntutan Hidup Dan Cibiran Masyarakat

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Terkait pemberitaan tentang aksi demonstrasi para buruh di Jakarta kemarin, berbagai tanggapanpun datang dari berbagai kalangan, bahkan tidak sedikit yang mencibir, terutama diberbagai social media seperti facebook, kaskus, twitter, dll. Kaum buruh yang diwakili oleh Konfederasi Serikat Buruh Indonesia menuntut untuk menaikkan upah minimum provinsi pada 2014 nanti melalui mekanisme perhitungan KHL (Komponen Hidup Layak), yang pada tahun lalu telah ditetapkan 60 KHL oleh Dewan Pengupahan DKI Jakarta, kini dituntut untuk dilakukan penambahan menjadi 84 KHL.

Yang menjadi bahan cibiran adalah bukan dari nilai tuntutannya, melainkan isi dari komponen tambahan pada rincian KHL tersebut. Diantaranya, untuk disektor Sandang antara lain,


  1. kepemilikan jaket kulit sintetis (satu potong per tahun),
  2. baju tidur setara katun (enam potong per tahun),
  3. sandal semi kulit (dua pasang per tahun),
  4. tas kerja ukuran sedang (satu buah per tahun),
  5. sapu tangan (enam buah per tahun),
  6. dompet kulit (satu buah per tahun),
  7. jam tangan, jam dinding, payung, dan topi (masing-masing satu unit per tahun).


Untuk sektor perumahan antara lain,


  1. Antara lain dispenser (satu unit per tiga tahun),
  2. mesin cuci (satu unit per tiga tahun),
  3. sapu lidi dan sapu ijuk (dua unit per tahun),
  4. talenan plastik (satu unit per dua tahun),
  5. tikar (dua unit per dua tahun)
  6. gunting stainless (satu unit per tahun).


Dan untuk sektor pendidikan, yaitu televisi minimal ukuran 19 inci (satu unit per tiga tahun).

Seolah mengada-ada memang ketika kita melihat ke-14 komponen tambahan tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah nilai kenaikan gaji setelah penambahan KHL yang hanya menjadi 2,76 juta dari yang sudah disepakati oleh Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta dan Asosiasi Pengusaha Indonesia sebesar Rp 2,29 juta. Artinya, para buruh hanya menuntut kenaikkan upah tidak lebih dari 500ribu saja perbulannya. Bisa jadi rincian komponen yang diusulkan oleh kaum buruh itu hanya sebatas kemampuannya dalam menterjemahkan tuntutannya perihal kenaikan UMP. Mungkin hal ini perlu kita maklumi bersama, agar sikap kita terhadap kaum buruh tetap seimbang.

Bahkan dalam pemberitaan lain, seorang buruh mengaku perlu menuntut menaikkan UMP hanya karena ingin membayar cicilan kredit motor kawasaki ninja 250R nya. Mengenai hal ini, perlu dipahami bahwa seandainya itu benar-benar terjadi, ini tidak merepresentasikan kaum buruh pada umumnya, Karena masih banyak kaum buruh lainnya yang masih hidup dalam kesulitan.

Bisa dibayangkan jika seorang buruh yang tinggal di Jakarta memiliki gaji sebesar 2,2 juta. Mungkin sebagian besar gajinya habis digunakan untuk transportasi dari rumah menuju tempat kerjanya, yang notabene biaya transportasi di Jakarta cukup mahal (harga BBM tinggi). Sedangkan dia harus membiayai kehidupan keluarganya, seperti biaya makan sehari-hari, biaya pendidikan anak-anaknya, biaya kesahatan seluruh anggota keluarganya, dll.

Begitulah sebagian media dalam menyampaikan berita. Kesetimbangan dalam pemberitaan buruh perlu dibentuk. Supaya kita tidak terjebak dalam opini yang bisa merugikan kaum buruh.

DW

Source: http://www.tempo.co/read/news/2013/10/31/078526122/Ini-Tuntutan-Komponen-Hidup-Layak-Buruh-2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline