Lihat ke Halaman Asli

Dwicho Endah Budyani

Guru Bimbingan Konseling

Kebermaknaan Diri

Diperbarui: 5 Juni 2023   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin kita pernah merasakan sesuatu yang ingin kita capai, hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan, bahkan kita gagal dalam pencapaiannya. Pencapaian yang tidak sesuai harapan kita, tidaklah mudah, bagi setiap individu dalam menerimanya, terlebih jika daya dukung keluarga kurang, kesadaran diri masih rendah, merasa diri secara akademis mampu, tetapi capaian hasil prestasi akademik berbanding terbalik, lingkaran pertemanan kurang bersahabat. Akhirnya kita merasa tidak berguna dan gagal. 

Acapkali kita miris, melihat kejadian diluar nalar, dari hal yang mungkin dianggap sepele oleh sebagaian besar komunitas masyarakat, tetapi penerimaan individu yang bersangkutan berbeda dengan individu pada umumnya. Hal tersebut bisa disebabkan individu sering berbicara dengan diri sendiri hal-hal yang negative pada dirinya, banyak mengonsumsi berita negative, sering membandingkan diri dengan orang lain, menuntut diri selalu sempurna ataupun hal lain yang diluar nalar kita.

Belum lama ini beredar berita remaja pria berinisial TJS berusia 18tahun bunuh diri melompat di jembatan Sukarno Hatta Malang, dari berita yang beredar korban sebelumnya pernah melakukan hal yang sama tetapi rencana tersebut dapat digagalkan. Beredar juga screenshot TJS sempat whatapps meminta bantuan untuk berkonsultasi tentang yang permasalahan yang dialaminya. Sangat miris korban melakukan percobaan bunuh diri, di tempat yang sama lebih dari sekali. 

Apakah yang sebenarnya dialami TJS? Bagaimana kepekaan orang terdekat terhadap perilaku dan permasalahan TJS? Sedini mungkin kita dapat mencegah perilaku dan tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh TJS-TJS lain di luar sana, dengan membekali buah hati kita dengan kebermaknaan diri dalam hidup. Mulai dengan peduli pada diri sendiri dan lingkungan terdekat kita.

Peran orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang putra dan putrinya sangatlah penting. Meluangkan sedikit waktu kita dicelah kesibukan kita mencari nafkah untuk dapat memahami dan mungkin merasakan permasalahan yang dihadapi buah hati kita dari sudut pandang mereka. Tanamkan sejak dini bahwa hidup kita memiliki arti dan makna untuk diri sendiri dan bahkan orang lain.

Orang tua maupun guru bisa mengajarkan keterampilan dalam mengelola stress dan menghadapi gangguan kecemasan, contoh yang mudah dilakukan dengan berdoa, berbagi cerita dengan orang terdekat, maupun olahraga, mampu mengontrol emosi, jika senang tidak berlebih dalam menyikapi dan diiringi dengan rasa syukur, jika susah ataupun sedih tidak larut dalam kesusahan ataupun kesedihan, menyiapkan diri keluar dari zona nyaman, penerimaan diri yang positif tentunya sangatlah penting dalam memaknai kebermaknaan diri, bertanggung jawab mengendalikan perasaan diri. Keterampilan tersebut tidaklah mudah dilakukan individu, tetapi bisa dilatih agar individu memiliki ketahanan diri yang positif dan yang tidak kalah penting adalah mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa hidup ini atas kendaliNya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline