Lihat ke Halaman Asli

Dwi Ayu

Mahasiswa

Keberagaman Latar Belakang Santri yang Menyebabkan Adanya Miss Komunikasi Saat Penyampaian Dakwah

Diperbarui: 21 Mei 2024   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pesantren bisa di katakan sebagai lembaga pendidikan yang unik. Didalam kehidupan pesantren, Ada banyak sekali keberagaman. Keberagaman yang sering kita jumpai di pesantren salah satunya bisa di lihat dari latar belakang. Biasanya pondok pesantren itu memiliki santri yang latar belakangnya bermacam-macam, salah satunya yaitu asal daerah. Ada yang dari Jakarta, Sumatra, Lampung, Sulawesi, Dll.  Dengan adanya perbedaan daerah ini pasti akan menyebabkan perbedaan lainnya juga, seperti adat/kebiasaan, bisa tradisi juga, dan yang paling mudah di jumpai adalah bahasa. Keberagaman tersebut merupakan aset yang berharga apabila kita dapat mengembangkannya. 

Di pondok pesantren saya dulu yaitu Pondok Pesantren Modern Elfira 2 yang bertempat di Purwokerto, Jawa Tengah ini memiliki kurang lebih 250 santri yang berasal dari berbagai macam daerah. Sedikit cerita juga Saya mempunyai teman yang berasal dari luar jawa yaitu Jakarta, yang mana dia ini hampir tidak pernah mendengar bahasa jawa, apalagi makna dari bahasa jawa itu sendiri khususnya jawa ngapak. Seringkali teman saya ini merasa tidak ingin mengikuti kajian karena ustadznya selalu menggunakan bahasa jawa sedangkan dia tidak memahaminnya. Dari kejadian ini muncullah problem yaitu miss komunikasi saat berdakwah. Ketika da'i menyampaikan A maka tidak akan tersampaikan A, karena mad'u nya tidak paham terkait apa yang di sampaikan oleh da'i. 

Keberagaman latar belakang santri ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi seorang da'i untuk benar-benar menyentuh hati santri sehingga aktivitas dakwah dapat berjalan dengan lancar dan semestinya. Solusi untuk mengatasi problematika terkait keberagaman latar belakang di lingkup pesantren agar tidak terjadi miss komunikasi antara Ustadz dengan santrinya yaitu:

 

Ustadz dapat memahami latar belakang kebanyakan santri

Dengan memahami latar belakang santri, Ustadz dapat menyesuaikan dan menyeimbangkan bagaimana caranya agar dakwah berjalan efektif. Seperti tadi salah satu contohnya, Ketika teman saya tidak memahami makna bahasa jawa, maka sebaiknya Ustadz menggunakan bahasa yang umum di gunakan yaitu Bahasa Indonesia. Kemudian selain itu juga ustadz dapat berkomunikasi secara langsung agar dapat mengetahui lebih banyak tentang latar belakang mereka. Salah satunya bisa di lakukan dengan diskusi informal.

Menyusun materi dakwah yang Variatif

Dalam menyusun dakwah ini dapat menggunakan bahasa yang jelas dan mudah di mengerti oleh banyak orang. Kemudian bisa juga menggunakan contoh-contoh yang relevan dengan mereka (Santri). Hal ini bisa di lakukan agar santri memiliki rasa perhatian yang tinggi Karena disajikan contoh yang relevan dan mungkin nantinya dapat di jadikan pedoman untuk kehidupan sehari-hari.

Menyesuaikan metode dakwah yang tepat untuk santri

Dengan ini, bisa menggunakan metode yang interaktif, seperti sesi diskusi, tanya jawab, Ataupun ice breaking yang mengedukasi. Selain itu juga Da'i dapat menyediakan wadah bagi santrinya untuk berinteraksi secara lebih dekat, bisa di lakukan dengan Sharing session ataupun diskusi informal. Karena hal ini akan menjadikan hubungan antara ustadz dan santri lebih dekat secara personal.

Dengan menerapkan tips di atas, da'i dapat menciptakan kegiatan dakwah yang efektif dan cenderung tidak membosankan. Dan hanya tidak untuk ustadnya saja, melainkan santri bisa belajar untuk membiasakan hal yang baru, menggunakan bahasa jawa. Untuk itu mungkin dari santri juga supaya belajar untuk menggunakan bahasa di daerah pulau jawa khususnya bahasa ngapak. Agar santri terbiasa dengan daerah tempat tinggalnya di pesantren. Dan pastinya juga ada tahap-tahap untuk hal itu yang bisa membuat santri itu paham, dengan beradaptasi ini juga memudahkannya untuk bergaul. Karena semestinya sesuatu yang belom pernah dirasakan ataupun belom pernah dipelajari akan butuh pembelajaran dan memerlukan waktu. Maka dari itu kenapa ada yang dinamakan proses. dalam hal ini berdakwah juga pastinya harus memahami apa yang akan di ajarkan atau apa yang didakwahinya. Kita harus tau isi, makna dan pengertian untuk yang mendengarkannya, Jadi semisal dalam gaya bahasa kita untuk berdakwah, kita harus menyesuaikan nya agar para pendengar  mengerti apa yang kita sampaikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline