Ketika Adzan subuh berkumandang, diriku sudah siap untuk berangkat menuju tempat pekerjaan di bilangan Jakarta Pusat. Kebetulan harinya bertepatan dengan hari pengumuman pemilu 2024. Dengan berdebar-debar berharap bahwa Jakarta tidak rusuh karena pergolakan Pemilu yang di media sosial berita simpang siur beredar. Dalam bathin berdoa semoga Jakarta baik-baik saja.
Hari masih gelap ketika keluar dari rumah di daerah Pedongkelan Jakarta Barat. Dengan diantar istri sampai pinggir jalan Daan Mogot dekat jembatan gantung, saya nikmati udara pagi yang cukup segar. Kegiatan rutin ini berlangsung dari Senin sampai Jumat. Sedangkan Jumat malam saya sudah berada jauh dari Jakarta di Jonggol Jawa Barat.
Jakarta Pagi Hari Sebuah Catatan
Jakarta pagi masih mempesona dengan sunrise dan warna-warna orange, dari sudut Timur. Di Selatan Jakarta tampak siluet gedung-gedung tinggi dengan latar belakang gunung Salak. Rona warna memukau dari penduduk yang belum sepenuhnya bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Jakarta sebagai metropolitan tampak selalu menyala. Lampu terang terpancar dari gedung-gedung menjulang. Di sisi lain lampu kerlip berderet tidak beraturan menampakkan kontras antara gedung mewah dan perkampungan penduduk Jakarta yang berhimpitan tidak beraturan. Tetapi dilihat dari mata fotografer tetap saja unik dan menarik.
Jakarta malam penuh kerlip lampu, Jakarta pagi tampak sunyi lengang, namun ketika matahari beranjak meninggi akan segera terlihat deretan kendaraan bermotor memadati jalanan dengan keterburuan. Terkadang muncul insiden kecelakaan karena kecerobohan pengendara yang main zigzag di tengah kendaraan merayap. Suasana itu bisa dilihat dari jalan akses luar kota menuju Jakarta. Daan Mogot, Jalan Raya Bekasi, Jalan Panjang, Pondok Indah, Ciledug Raya dan Jalan Yos Sudarso.
Karakter Pengendara Jakarta
Motor-motor dipacu maksimal agar bisa cepat sampai tujuan di lokasi kerjanya yang tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Utara. Pusat perkantoran seperti di Thamrin, Sudirman SCBD, Kelapa Gading menjadi tujuan para pekerja. Ada yang mengendarai mobil, motor juga transportasi umum seperti MRT, LRT, Commuter Line (KRL). Semua bergegas. Dinamika Jakarta tampak dari cara berkendara orang-orangnya yang seperti dikejar waktu.
Aku menceritakan suasana pagi di hari Rabu, 20 Maret 2024. Tidak tampak tanda-tanda pergerakan demo. Mungkin mereka yang melakukan demo masih tidur pulas. Atau entah mereka sedang siap-siap berangkat dengan sejumlah agenda dan harapan mendapat sarapan gratis di tempat berlangsungnya ajang unjuk demonstrasi di depan KPU, Patung kuda di bilangan bundaran Thamrin, atau ruas Antara Semanggi dan Slipi di depan gedung Wakil Rakyat. Saya sendiri tidak sempat melongok demonstrasi karena waktu sudah penuh dengan aneka pekerjaan.
Sebagai pekerja (guru ) sekolah Swasta di dua tempat yang berada di ring 1 dan 2 (Gajah Mada dan Gunung Sahari) demonstrasi dan Monas itu sering membawa konsekwensi terjebak macet parah. Yang sering ditutup jalannya adalah Jalan Medan Merdeka Selatan, Medan Merdeka Utara, Medan Merdeka Barat. Pengguna tije (transjakarta) selalu mengubdate informasi dari internet tentang pengalihan rute. Ini mengantisipasi munculnya kemacetan akibat salah memilih rute. Ketika beberapa ruas jalan ditutup penumpang transportasi umum mesti cerdas memilih rute, kalau tidak akan terjebak dalam kemacetan parah akibat demo.
Berharap Jakarta Selalu Tenang tanpa Demo
Jakarta pagi hari masih menyiratkan kedamaian. Ketika suasana lengang dan kendaraan belum banyak berseliweran hati dan jiwa masih merasa tenang. Banyak harapan dari ketenangan Jakarta. Bisa mengais rejeki tanpa direcoki insiden jalan macet, bisa pulang dan pergi tanpa banyak hambatan. Sampai di rumah belum terlalu kucel, masih bisa bercanda ria dengan keluarga.