Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Pengin Menulis, Tulis Saja!

Diperbarui: 28 Oktober 2022   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

buku koleksi pribadi

Terus terang saat ini ide menulis banyak sekali, saking banyaknya malah bingung mau menulis apa. Aku perlu memetakan pikiran agar fokus pada satu  topik, sebab jika ide yang ada tumpang tindih maka yang terjadi adalah kerancuan artikel, Untuk mengatasi masalah ini, aku membiarkan jari-jemari ini menulis apa saja, yang penting kembali membawa pikiran fokus, sebab ada kepuasan jika sudah menuntaskan pekerjaan yang merupakan hobi sejak lama.

Menulis Sebagai Terapi

Tidak bisa dipungkiri, menulis itu sebuah terapi bagiku, menulis itu hiperbolisnya sudah menjadi nafas kehidupan. Kadang aku merasa harus marah bila ada orang yang memandang rendah kegiatan menulis. Aku tahu tidak semua penulis bisa mengambil keuntungan, bisa hidup dari menulis, namun jika serius menulis bisa menjadi profesi yang menjanjikan asal melakukannya sepenuh hati dan total.

Membaca, belajar, bersosialiasi, ngangsu kawruh pada penulis-penulis yang lebih pengalaman, membaca karya-karya penulis berkualitas meskipun tidak harus mengikuti gaya mereka. Paling tidak jika sering membaca, sering belajar tentang bagaimana menyusun naskah entah feature, cerpen, novel, puisi, karya ilmiah lama-lama menulis seperti menarik nafas. Setiap tarikan menghasilkan kata-kata yang terangkai spontan, sesuai alur ide yang keluar dari pikiran.

Menulis saja, lama-lama kata berkembang, terus bersemi, bermekaran. Ada yang mengarah ke sastra seperti puisi, cerpen dan novel ada yang sekedar keluhan, dan curhat. Tulisan terus beranak pinak dalam gugusan kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, bab demi bab dan tidak terasa menjadi sebuah buku utuh.

Mengapa ide bisa mengalir terus, karena ada tabungan kata dalam pikiran, hasil dari membaca, mengamati, meresapi kehidupan, mengalami berbagi ujian kehidupan. Semakin hari semakin kaya pengalaman, semakin hari kaya perbendaharaan kalimat, kata-kata. Tanpa belajar apa yang ada dalam pikiran akan mengering. Salah satu cara agar menulis lancar adalah dengan membaca, membaca dan membaca, salah satu resep untuk bisa menulis dengan baik hanyalah menulis, menulis dan menulis.

Tidak ada rumus yang pasti, mau punya banyak buku, hapal banyak teori, tanpa pernah mempraktikkan menulis yang 'sami mawon," tidak akan menjadi siapa-siapa. Jangan mendaku penulis kalau tidak pernah menulis itu saja. Siapapun meskipun ia hanya penulis amatiran, jarang mendapatkan penghasilan dari kegiatannya menulis, ia tetaplah penulis karena ada karya yang bisa diperlihatkan.

Awal Mula suka Menulis

Sejak SMA sebetulnya saya yakin sudah menjadi penulis, tetapi dari proses perjalanan selama bertahun-tahun itu saya belum berani mempublikasikan. Tulisanku masih tergores di buku tulis, di selembaran HVS dengan jejak ketikan  manual, tulisan itu hanya kupandangi, dan selama itu rasanya ada rasa minder untuk mengirimkannya ke media massa, majalah dan atau koran. Sudah banyak buku penuh dengan tulisan hasil dari kegalauan, pemikiran dan dialog dengan diri sendiri.

Mungkin karena dulu ada sisi introvert dalam diri ini, lebih suka memendam masalah dari mengungkapkan entah kepada sahabat, teman dekat atau orang tua. Aku lebih senang memecahkan masalah dengan menulis. Lebih suka berpikir dan berkhayal dengan diungkapkan lewat kata dengan tinta dan mesin ketik manual. Lama-lama bahasa yang amburadul itu, kemudian terkonsep, sambungan kalimat demi kalimat menjadi lebih runut, kekayaan wawasan bertambah seiring dengan kegemaranku  membaca dan pertualang.

Aku bisa menyerap energi dari menulis, mengungkapkan tanpa kesulitan berarti, semua itu karena konsistensi, lama-lama aku berani mengirimkannya ke koran meskipun hanya berwujud surat pembaca, tetapi itu sebuah loncatan, dan ketika tulisan di surat pembaca muncul, aku merasa wow luar biasa tulisanku meskipun tanpa honor, hanya sekedar surat dari pembaca tapi ribuan orang pasti sempat membacanya.

Itu sebuah kebanggaan luar biasa, lama-lama aku mencoba memberanikan diri mengirimkan di kolom opini koran dan akhirnya goal, termuat dan mendapat honor. Setelah itu hasrat menulisku tidak terbendung. Dan aku merasa aku bisa membuka harapan menjadi seorang penulis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline