Seniman eksis karena ada pecintanya yang bisa menikmati dengan takzim serta mau merogoh kocek dalam-dalam untuk menjadi kolektor dan memajangnya di etalase ruang di rumahnya atau menjadi koleksi bagi galerinya. Hukum ekonomi menuntut adanya timbal balik ada permintaan ada barang. Begitu juga dalam seni, senimanpun perlu meningkatkan taraf ekonominya dengan berpameran, dengan aktif memajang karyanya dalam setiap even yang melibatkan orang banyak maka akan selalu ada kemungkinan karyanya dibeli atau lebih kerennya dikoleksi. Apalagi bila dikoleksi sekelas Ciputra (alm), Hong Djien yang sangat mengerti menempatkan karya seni sebagai sebuah barang bernilai investasi tinggi
Pameran Lukisan Djoewal-Jawil -1 memuat harapan akan terjadinya relasi, hubungan ekonomi antara pecinta seni dan senimannya. Biar dapur ngebul, biar karya tetap produktif butuh rekan, kolektor, pecinta seni yang menghargai setiap hasil cipta seniman lukis.
Pameran sudah berlangsung sejak 8 sampai 21 Oktober 2022 (Hari ini berakhir). Pameran diikuti 10 seniman lukis Jakarta. Galeri Darmin Kopi yang beralamat di Jl Raya Duren Tiga No. 7E Kalibata-Pancoran Jakarta Selatan (Buka pukul 10.00 -- 22.00 WIB).
10 Pelukis itu : Bambang Harsono, Edo Abdullah, Hudi, Farel, Kembang Sepatu, Leo Lintang A M, Marwan Abdullah, Mumuh Muchtadji, Sahat Simatupang, Sigit Wicaksono.
Salah satu pelukis yang bisa dihubungi yaitu Kembang Sepatu mengungkapkan dalam pesan di lukisannya dunia medsos mendorong banyak orang untuk berebicara, berpendapat tanpa dasara kebenaran sehingga kekacauan perang opini begitu sangat terasa. Seniman yang masih mengajar di SMPK Penabur Jakarta itu aktif mengikuti pameran di DKI dan sekitarnya.
Dunia seni lukis efektif memberi kritikan pada dunia yang tengah bergerak saat ini, banyak hal berubah ketika media sosial hadir, perang opini, perang kata-kata terus memanas seiring dengan situasi politik yang menampilkan kelakuan yang vulgar sekaligus memprihatinkan. Ada banyak sisi negatif media sosial, meskipun di sisi lain juga ada nilai positifnya yang bisa memberikan banyak kesempatan untuk meraup cuan dengan mengandalkan relasi di media sosial yang sangat luas.
Keprihatinan seniman diejawantahkan dalam karya, maka dalam tajuk pameran berjudul Djowal- jawil seniman berusaha menangkap fenomena yang terjadi saat ini namun dengan bahasa gambar yang menarik dari sudut pandang seniman. Masih menurut Kembang Sepatu baginya obyek-obyek visual , sepanjang dapat dimediasi dalam media seni, adalah representasi drama realitas sosial. Problematika yang dirasa menggigit dalam ranah integritas pikiran dan perasaan , layak diindahkan menjadi suguhan visual dan oleh karenanya menjadi literasi visual agar bisa dibaca berulang demi pemahanman sera sikap seideal mungkin dapat ditempuh bersama . Lukisan mata, didalam bibir dan berbagai huruf yang berserakan dengan Judul Puisi tanpa Iman dengan ukuran 50 x40 cm dengan media cat acrylic di atas kanvas ini memberi kesan tentang pandemic covid 19 bukan halangan seniman untuk terus berkarya di tengah gonjang-ganjing ekonomi dan ancaman penyakit yang mematikan.
Pesan dalam Pameran Djowal Jawil ini terutama bahwa menjadi seniman idealisme saja belum cukup, realitas mengatakan seniman harus bisa sejahtera, punya uang untuk terus berkarya. Motif ekonomi menjadi hal yang sangat realistis mengingat harga-harga barang semakin mahal. Kemitraan, kerjasama, pintar menjawil, pintar memanfaat rekan, kolektor, pecinta seni menjadi kunci seniman terus eksis berkarya.
Dalam diskusi ada ada point menarik dari diskusi seniman dan pecinta seni: kalau seniman miskin siapa yang berhak disalahkan....