"Kamu itu pendiam, sok cool, autis atau hanya irit bicara saja, lur?"
"Mosok aku pendiam, kata ibuku aku bawel, suka debat, suka mbantah pula. Itu kata ibuku."
"Tapi kalau di kelas kamu lebih sering diam, tidak seperti teman-temanmu itu yang reseh."
"Ya, mereka bawel dan reseh. Aku sih cuek saja, yang penting gak nyakitin aku saja, gak masalah."
"Memang kau orangnya terlalu cuek.Lur"
"Itu antisipasi saya untuk tidak stres. Kalau nggak diam ya, jalan-jalan, begitu kalau saya tidak pengin terjebak dalam keributan yang tidak perlu."
"Tapi kamu itu ternyata diam-diam kalau sama perempuan perhatian Lur, aku jadi...?!"
"Jadi...apa...nih aku tebak...kamu ingin mengatakan aku makin sayang... sudah ketebak Dit."
"Wih, geer. Baru jadian beberapa hari mau sayang-sayangan."
"Tapi, kamu sayang khan ke aku Dit." Aku mendekat sambil mencolek dagunya yang agak lancip."Ih...gemes muka lonjong."
Ia geragapan dan bergaya mau menampar, tapi ketika tangannya mendarat dipipiku ternyata ia mengelus pipiku yang mulai berjerawat. Setelah itu aku dan Dita kejar-kejaran sambil tertawa-tawa.