Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Mangkrak dan Kesan Pesimisme Roy Suryo tentang Sirkuit Mandalika

Diperbarui: 31 Maret 2022   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roy Suryo Politisi Demokrat (Palu Tribunnews.com)


Roy Suryo mantan menteri olah raga era presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono, giat menarasikan pesimisme tentang pemerintahan sekarang. Berbagai pendapat yang dilontarkan selalu mempertanyakan tentang pesimismenya tentang masa depan Indonesia di bawah kepemimpinan Joko Widodo.

Mencegah Narasi Pesimis tentang Indonesia dan Potensinya

Apalagi ia sempat mengatakan pada media bahwa Mandalika berpotensi mangkrak seperti halnya arena balap lain seperti Sentul dan proyek yang ditangani oleh pemerintah seperti Bandara Kertajati dan MRT Palembang. Banyak oposan yang membangun narasi pesimistis. Yang sudah terbangun dan diusahakan untuk rakyat seharusnya dimiliki dan dipelihara bukan hanya pemerintah sebagai penanggungjawab pemerintahan tetapi juga masyarakatnya yang bisa menggunakan dan ikut memeliharanya secara bijak. Fasilitas umum yang dibuat berdasarkan dari pajak dan APBN ditujukan untuk mempermudah masyarakat. Karya pemerintah bukan hanya hasil karya "politis", untuk tujuan pencitraan dan pengakuan bahwa selama berkuasa sosok negarawan politisi telah mempunyai jejak prestasi luar biasa.

Semoga siapapun politisi, mantan pejabat, mantan mentri memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, tidak malah membangun aura positif atas pekerjaan pembangunan rezim manapun. Apa yang sudah dibangun dan diperuntukkan masyarakat tentu tidak ingin dianggap mangkrak dan gagal. Kesadaran memelihara fasilitas umum dan monument pembangunan yang diperuntukkan masyarakat juga seharusnya dijaga oleh seluruh lapisan masyarakat.

Melihat dampak dan tujuan pembangunan infrastruktur seperti tol, MRT, LRT, Jalur kereta api cepat, kawasan ekonomi khusus, Kawasan Pariwisata dan Sirkuit bertaraf Internasional seperi Mandalika sudah menjadi milik bangsa Indonesia, tugas masyarakat adalah ikut bangga, ikut mengkampanyekan secara positif bahwa ada sirkuit Mandalika yang dikagumi dunia dan sebagai masyarakat turut berbangga, bukannya pesimis.

Masyarakat siapapun sebaiknya menjadi pembela, penyelamat dan pemelihara fasilitas yang sudah terbangun bukan karena narasi yang didengungkan politisi oposan. Apakah Roy Suryo yang mantan mentri tidak secuilpun merasa bangga atas usaha Indonesia yang bisa membangun Sirkuit Moto GP bertaraf Internasional. Apakah hanya karena ia tidak menjadi bagian dari pemerintah lantas mengambil sikap berseberangan.

Oposan pun punya nasionalisme. Serangan pesimisme bukannya mencerminkan kepribadian bangsa ini. Kalau mau maju ya dukung pembangunan yang ditujukan untuk masyarakat. Silahkan menyerang pemerintah dengan cara elegan, dengan memberikan solusi bagaimana caranya agar tidak lagi ada pikiran pesimistis tentang masa depan negara.

Saya tidak mengatakan bahwa apa yang dinarasikan Roy Suryo buruk, hanya sebaiknya sebagai bagian dari masyarakat dan pernah menjadi pejabat publik tahu bagaimana memberikan dampak psikologis pada semua lapisan masyarakat. Jika apa yang dibangun setiap rezim selalu dicela dan dijelekkan oleh rezim lainnya bagaimana kesinambungan pembangunan berjalan.

Sangat disayangkan banyak mantan petinggi lebih mengkampanyekan penolakan, tidak mengakui prestasi pemerintahan, lebih sekedar nyinyir daripada kritik konstruktif. Bagaimanapun dampak pembangunan itu tidak hanya berhenti pada satu masa atau hanya pada periode pemerintahan satu presiden tetapi akan terus terpakai oleh pemerintah berikutnya.

Jeleknya politisi Indonesia menurut pendapat saya adalah terlalu terlena dengan keberhasilan diri sendiri, namun lebih tampak mengentengkan prestasi yang lain. Roy Suryo terjebak dalam masa lalu, masa ketika ia pernah masuk dalam kabinet dan menjadi bagian dari rezim masa lalu. Ia seakan tidak rela pemerintahan dulu tidak secemerlang prestasi rezim berikutnya.

Bisa jadi perilaku pejabat dan politisi saat ini menurun dari sejarah runtuhnya beberapa kerajaan yang pernah besar di masa lalu. Singasari misalnya hancur karena perang melawan saudaranya sendiri, perebutan kekuasaan, iri, benci dan saling jegal antar saudara membuat lama-lama kerajaan besar mengalami kehancuran yang bermula dari konflik orang dalam. Majapahit yang pernah besar ketika Masa Tri Tungga Mahadewi dan Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada. Kehancuran Majapahit terutama dipicu oleh konflik intern perebutan kekuasaan hingga akhirnya hancur lebur. Demikian juga Mataram dibangun oleh Penembahan Senapati dan berjaya ketika zaman Sultan Agung tetapi harus terpecah dan terbelah. Ada Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta.

Ada sisi buruk para pejabat yang terwariskan dari masa lalu. Banyak penguasa dan politisi mempunyai karakteristik yang menghambat kemajuan. Senang kalau lawan poltiknya susah sedih dan susah kalau lawan politiknya sukses. Seharusnya pemerintah bukan tersandera nafsu iri dengki dan takut tersaingi, tetapi bersinergi membangun kesinambungan pembangunan, apa sukses dilakukan pemerintahan sebelumnya diteruskan dan disempurnakan, bukannya dihambat dan tidak diteruskan hingga akhirnya mangkrak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline