Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

"Nusantara" Nama IKN Berbau Jawanisasi?

Diperbarui: 22 Januari 2022   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

konsep Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur yang dinamai Nusantara (kompas.com)

Dalam perbincangan hangat tentang nama IKN keberadaan nama Nusantara menjadi polemik panas. Ada yang pro dan kontra, ada yang mengaitkan nama Nusantara terkait dengan pengaruh Jawanisasi begitu kuat.

Begitukah realita bahwa sejak awal Indonesia berdiri pemimpinnya selalu berasal dari Jawa. Dari Soekarno yang berasal dari Jawa Timur ( Meskipun ia juga berdarah Bali dari ibunya). 

Presiden kedua juga berasal dari Jawa yaitu Soeharto, Kemudian diganti sebentar oleh B.J. Habibie yang berdarah Sulawesi meskipun juga punya darah Jawa dari ibunya. 

Presiden Keempat Gus Dur juga berasal dari Jawa, dilanjut presiden kelima Megawati Soekarno Putri Putra Soekarno yang berasal dari Jawa campur Padang, dan kemudian Soesilo Bambang Yudhoyono dari Jawa juga sebagai presiden ke 6 dan selanjutnya presiden ke 7 yang masih menjabat Joko Widodo.

Aroma jawa sentris dalam pemerintahan dominan hingga memunculkan wacana jawanisasi, termasuk penamaan ibu kota baru di Kalimantan Timur dengan aroma kental Jawa yaitu Nusantara. 

Benarkah nama Nusantara itu kuat aroma jawanya? Kalau menurut sejarah perkataan Nusantara berasal dari istilah  dalam bahasa Jawa kuno, tercatat dalam kitab Negarakertagama untuk menggambarkan konsep kerajaan Majapahit.

Nusantara dalam konsep  tanah negara Majapahit berarti "pulau lain" di luar pengaruh budaya Jawa tetapi dilaim masih daerah taklukan ;Para penguasanya harus membayar upeti.  Jawa Nama Nusantara disebut lagi ketika masa kejayaan Majapahit yang sempat diucapkan patih gadjah mada dalam Sumpah Palapanya. "Lamun Huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda Palembang, Tumasik, samana ingsung amukti palapa,"

Jika telah mengalahkan. saya(baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjungpura, Pahang,dompo, Bali, Sunda, Palembang,Tumasik, saya (baru akan) melepaskan puasa.

Secara historis pengaruh Jawa di Indonesia memang kuat. Suku Jawa menyebar ke hampir seluruh pelosok Indonesia. Dari Aceh sampai ke Papua banyak orang-orang suku Jawa yang bekerja sebagai petani, buruh serabutan, pedagang di pasar, guru dan aneka macam profesi. 

Sebagai pedagang misalnya hampir setiap pasar di hampir seluruh pulau banyak pegadang ulet berasal dari Jawa. Jadi kalau ada pengaruh jawa dalam setiap kehidupan di setiap pulau yang itu sebuah kenyataan. 

Pada zaman Soeharto pernah dicanangkan program transmigrasi. Orang jawa yang padat kemudian mendapat kesempatan untuk pindah ke pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Mereka diberi jatah tanah untuk pengelolaan lahan pertanian. 

Pada perkembangannya orang-orang jawa yang ulet banyak yang lebih sukses daripada penduduk setempat, mereka bisa membeli lagi lahan orang-orang asli dan berekspansi hingga menjadi petani dan pengusaha serta pedagang sukses.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline