Ada isu dilontarkan oleh sekelompok orang kemungkinan non parlemen dan lapisan orang - orang tersakiti dan kecewa pada pemerintah tidak terbukti tergelar. Serangkaian isu ramai sebelum hari H demonstrasi besar- besaran yang menurut sumber akan di mulai dari Glodok menuju Istana negara. Ribuan personel dikerahkan untuk mengantisipasi adanya demo yang katanya bertujuan mendeligitimasi pemerintahan Jokowi, karena gagal mengatasi persebaran covid 19.
Jika demonstrasi besar berlangsung resiko tersebarnya covid 19 pasti akan semakin besar dan upaya bersama dengan memberlakukan PPKM pasti akan sia- sia. Memang memperpanjang PPKM darurat itu berdampak pada situasi ekonomi yang semakin sulit dan masyarakat yang semakin berat menghadapi krisis keuangan dan susahnya mendapatkan pendapatan, namun seharusnya masyarakat meskipun sama- sama menanggung penderitaan akibat pandemi tidak boleh lengah dan tidak boleh terprovokasi oleh hasutan sampah, mengatasnamakan rakyat. Demo itu pasti akan memperburuk situasi dan kondiri negara saat ini.
Mereka yang menyebarkan isu "Jokowi End Game" Harus dihukum seberat- beratnya karena telah meresahkan masyarakat dan semakin membuat masyarakat dalam situasi ancaman, tidak nyaman. Masyarakat harus pandai menelaan isu hoaks, atau hanya ingin memperkeruh keadaan saja. Kekurangan pemerintah mungkin banyak, tidak ada pemerintah di dunia saat ini yang begitu sempurna mencegah covid tanpa kepatuhan dan masyarakatnya.
Kekompakan dan kedisiplinan yang terjalin antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci terputusnya jaringan sel serta varian baru covid-19. Namun yang terjadi di Indonesia yang mempunyai jutaan penduduk dengan isi kepala yang berbeda, yang mempunyai karakter tidak sama, susah menyeragamkan pola pikir Dalam menghadapi Covid 19.
Banyak yang masih susah diberi penjelasan, banyak yang belum percaya bahwa covid itu ada, banyak yang melanggar prokes, karena bosan dengan aturan- aturan yang tidak berimbang. Kesadaran akan perlindungan diri, sok merasa kuat dan percaya diri tidak akan tertular menghambat suksesnya negara menanggulangi wabah.
Jaringan masyarakat yang kecewa itu kemudian bergerak di ruang media sosial, menjustifikasi bahwa pemerintah tidak serius, tidak benar- benar membantu mengatasi persebaran wabah yang masih berlangsung sejak awal 2020. Masyarakat kecil itu dengan modal kuota dan jaringan internet terus menyebarkan isu tentang gagalnya pemerintah dan menyerukan untuk mendesak mundur Jokowi.
Situasi yang tidak pas muncul dari elemen masyarakat yang tidak "peka" melihat situasi kondiri global dunia. Harusnya masyarakat meskipun kondisinya memang tidak nyaman dan serba tidak enak, karena banyaknya masyarakat yang terkena imbas atas berlarut- larutnya wabah tetap kompak.
Tertb mengikuti aturan meskipun di sektor lapangan yang mau tidak mau harus tetap keluar untuk bisa memperpanjang nafas untuk hidup tidak bisa dilarang, pembatasan bisa dilakukan oleh mereka yang bisa bekerja di rumah.
Mereka harus benar- benar disiplin untuk tidak keluar kalau tidak perlu sehingga muncul kerawanan karena timbulnya kerumunan.
Di Malaysia, Lockdown saja persebaran covid melonjak apalagi seperti Indonesia yang hanya PPKM dan banyak masyarakat yang masih beraktifitas di luar rumah. Sedih, cemas, luka, duka yang melanda masyarakat menjadi permenungan bersama.
Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tata krama, dan sopan santun ( sejarahnya dahulu ) setiap elemen masyarakat terutama masyakat dengan budaya ketimuran seharusnya menata hati, menata kata untuk tidak melontarkan isu yang membikin gaduh.