Beberapa hari ini tulisan tulisan saya rasanya selalu bernada keluhan. Apa mengeluh itu positif, apa protes itu langsung bisa mengubah keadaan menjadi penulis super hero. Tidak juga. Kalau seorang penulis mengeluh itu tentu ada maksudnya. Belajar dari kegagalan, bangkit dari keterpurukan, waspada introspeksi diri.
Perubahan selalu diperlukan untuk membuat tulisan semakin berbobot dan semakin lebih baik. Kalaupun pada akhirnya belum bisa memenuhi ekspektasi pembaca itu lain perkara. Tidak semua pembaca suka dengan apa yang ditulis penulis. Mereka mempunyai sudut pandang sendiri- sendiri, jika salah satu artikel ternyata menginspirasi, memberi pencerahan itu sebuah anugerah bagi penulis. Penulispun memperoleh kepuasan karena mampu memberi jalan bagi pembaca untuk membuka mata, membuka nurani setelah membaca hasil karyanya. Walaupun hanya satu dan dua pembaca saja yang benar- benar mengapresiasi namun itu sudah cukup.
Mengeluh atau Memperbaiki Diri ?
Kadang ada ketidakpuasan yang tiba - tiba menyeruak, merasa kecewa, merasa berada dititik rasa bosan, selanjutnya menghilang dalam waktu cukup lama. Merasa sudah mentok, merasa tidak berkembang, merasa tidak yakin lagi bahwa menulis bukan passionnya. Terbukti dengan apresiasi pembaca yang kurang.
Lalu apakah penulis kompasiana ada yang mudah menyerah seperti ini. Banyak. Kebetulan memang "persaingan" di antara para penulis untuk mendapatkan perhatian lebih dari pembaca membutuhkan mental yang baik dan tidak mudah menyerah. Untungnya saya masih mempunyai stamina untuk bertahan dan terus menulis. Kalau orang lain menyebut konsisten, kalau saya sendiri sih belum menganggap sebagai penulis produktif, masih sering bolong, masih sering absen.
Tapi bulan ini rasanya saya jauh lebih aktif daripada bulan Maret. Bulan ini jumlah artikel dibandingkan jumlah hari sudah lebih banyak artikelnya. Saya memasang target bahwa saya harus menulis lebih dari 30 artikel. Tujuannya apa ? Untuk mendapatkan reward, atau sekedar melatih diri dalam target 1 hari satu artikel?
Saya tidak memasang target muluk - muluk, cukup bisa menyediakan waktu untuk menulis.Kalaupun akhirnya mendapat reward bulanan puji syukur, kalau tidak nanti admin akan saya gerudug ( eh bercanda). Sampai saat ini sejak pertama kali mempublikasikan artikel di Kompasiana tahun 2010 jika dibandingkan dengan misalnya Pak Tjiptadinata dari segi produktifitas saya sih belum apa- apa. Tetapi sejak saya konsisten menulis maka ada beberapa novel berhasil saya tulis sampai tamat, ada beberapa kumpulan artikel saya bukukan, ada beberapa tulisan yang pernah masuk ke media cetak.
Padahal saya tidak memproklamirkan diri sebagai penulis profesional, sampai saat ini masih amatir karena saya masih menggantungkan pendapatan dari pekerjaan tetap saya sebagai guru. Saya sih berharap sebagai guru saya berdaya guna mencerdaskan dan mendorong siswa memperoleh manfaat dari belajar, sayapun harus belajar dengan cara menulis, menulis dan menulis. Dorongan menulis itu otomatis merangsang saya untuk tekun membaca. Sebab menulis tanpa membaca akan membuat hasil karya tulisan kurang asupan gizi.
Saya memberi vitamin kesenangan menulis dengan membaca dan mencari pengetahuan baru. Reward terbaik bagi seorang penulis seperti saya bahagia karena bisa berbagi, senang karena tulisan masih ada yang membaca dan mengapresiasi, selanjutnya berharap bahwa dengan menulis, pemikiran, pandangan wawasan bisa tercatat sejarah, hingga anak cucu nanti membaca tulisan - tulisan yang pernah dipublikasikan baik di media online, dunia maya maupun buku cetak yang masih nangkring di perpustakaan nasional dan koleksi pribadi.
Reward Bulan April dan Jejak Kartini
April ini ada beberapa peringatan entah Hari Kartini, Hari Buku Internasional, Hari Bumi dan kilasan sejarah peradaban manusia memacu penulis, pelukis, seniman, pelaku budaya, pegiat sosial terus menancapkan karyanya dengan terus memberi asupan gizi bagi para pembaca, penikmat, mereka yang perlu mendapat bantuan. Semua suka reward sebagai jasa telah memberikan pencerahan walau hanya sebutir debu, tapi bila disatukan kumpulan debu pun akan bermanfaat besar bagi yang butuh jasa dan kekuatannya untuk mengisi kekurangan, kelemahan dan kelemahan menjadi kesatuan yang kuat untuk lepas dari belenggu entah sedih, cemas, kecewa atau dentuman kegagalan diri.
Reward bulan April ditunggu untuk membuat penulis lebih giat menulis. Tetapi jauh lebih itu contoh nyata dari pejuang wanita R A Kartini yang mengharumkan nama bangsanya lewat pemikiran - pemikiran visionernya lebih penting. Salah satu hal terpenting yang tercatat adalah tanpa menulis Kartini bukanlah siapa - siapa, dengan menulis dan mempublikasikannya lewat bantuan teman - teman yang membacanya maka buah pemikirannya abadi dan menginspirasi generasi selanjutnya. Dan itulah reward utama bagi penulis untuk tidak berkecil hati.
"Yakini Saja Apa Kata Hatimu"