Semakin maraknya media sosial dan para komentator dan pegiat media sosial yang kritis dan galaknya minta ampun tampaknya haus korban. Sampai termehek - mehek mereka tidak akan puas membuli pada orang - orang yang sedang berada di ruang amatan mereka. Masih ingat Panitia All England yang kena serbuan komentar super pedas, pasangan Gay Thailand, semua public figure kalau tidak hati - hati kena sentil netizen.
Maha benar netizen Indonesia yang sungguh luar biasa sibuknya, mengamati rona keanehan negeri yang tengah kelebihan gizi pada otak mereka, terutama jari mereka yang menari - nari menerakan kata - kata, membuat status yang membuat panas kuping para pesohor.
Kalau Jokowi saya pikir sudah kenyang dengan sindiran dan kritikan di media sosial yang kadang kadang sama - sama lebay cuma tidak sadar.
Apapun salah dan keliru yang penting ngeyel, masalah hati dan kebenaran data saat jarinya njebret tidak penting, yang penting bisa mengumpat, atau memperdaya merupakan kepuasan tersendiri.
Kali ini Bung jebret yang kena sambaran sentilan dari yang terhormat para netizen. Bermula dari akun fans klubnya Bali United yang menyindir komentator Bung Valen sebagai komentar hiperbola saat mengomentari pertandingan Piala Menpora atau istilah komentar netizen lebay.
Banyak yang menilai bahwa komentar bung Valentino terlalu dominan hingga mengganggu fokus untuk melihat pertandingan itu sendiri. komentar khasnya Jebret hampir selalu diucapkan tiap 1, 6 menit.
Dan banyak yang menilai bahwa pertandingan sepak bola lebih condong sebagai hiburan saja sisi edukasinya sedikit, terutama mereka yang ingin mendengarkan analisis bola dari segi teknis dan pola permainan.
Wajar sih dalam sebuah pertunjukan jika terlalu berlebihan akan mendapat berbagai tanggapan. Dari cuitan dari admin Bali United muncul tagar #Gerakan Mute Massal, menanggapi tayangan sepak bola di Indosiar yang cenderung terlalu berisik akibat dominasi suara dari komentator.
Menurut opini saya komentar dari Bung Jebret masih wajah, sebab pernah mendengar juga di liga Brasil dan umumnya di Amerika Selatan saat bertandingan berlangsung juga berisik mirip dengan yang dibawakan oleh Bung Valentino.
Kalau penulis lain menganggap bahwa komentar Bung Vale terlalu berisik malah saya suka sebab sering muncul istilah mengagetkan yang bikin saya terbahak- bahak.
Bukan menonjolkan nasionalisme atau maaf dengan para pengamat yang begitu serius melihat pertandingan sepak bola, Kalau sepak bola Indonesia dibawakan biasa saja, agak boring dan membosankan, dengan munculnya komentator seperti Bung Jebret jadi ramai dan seru. Mungkin banyak yang gatal dan agak risi dengan cepatnya komentator membahas tentang jalannya pertandingan.