Ketika seseorang memutuskan berumah tangga apa sih yang terpikir?
Bisa menyatukan diri dan berdampingan sebagai sepasang suami istri, menghindarkan cap sebagai perawan dan perjaka tua, menyenangkan orang tua karena mendapat pasangan hidup dan siap memberikan cucu dan keturunan untuk kelangsungan keluarga?
Atau sekedar berharap bahwa dengan menikah bisa memperbaiki taraf hidup. Apalagi bila bisa menikah dengan pasangan yang hartanya melintir, tajir melintir.
Jangan Hanya Membayangkan Enaknya Berumah Tangga
Namun tahukah anda setelah menikah banyak masalah muncul terkait menyatukan persepsi antara suami dan istri. Istri maunya begini dalam mengatur rumah, sedangkan suami harus begini begitu dengan konsep yang sudah dibawa jauh hari.
Bila sudah pacaran cukup lama mungkin sudah mengenal karakter masing-masing, namun bila pacarannya singkat dan hanya melihat yang bagus-bagus saja pasti akan kaget bila seseorang masuk dalam kehidupan rumah tangga.
Pasti akan muncul perselisihan dan akhirnya bertengkar tentang hal -- hal yang remeh. Perlu kesabaran tingkat dewa agar pertengkaran berlarut- larut.
Perlu ada yang lebih sabar agar perbedaan pandangan dan konsep rumah tangga bisa diselesaikan dengan pikiran terbuka dan ada yang mengalah salah satu.
Kalau api dilawan dengan api kobarannya akan semakin besar. Emosi meninggi harus dihadapi dengan kesabaran dan kelemahlembutan. Menikah itu ternyata karena nafsu sex belaka, bisa menyalurkan hasrat seks, mengetahui seluruh bagian tubuh pasangannya.
Lebih dari itu menikah harus mengetahui hobi, kesukaan, dan titik emosi pasangannya.
Karakter dan Sifat Asli Pasangan Terkuak
Lama - lama tiap orang yang berumah tangga akan mengetahui karakter asli pasangannya. Yang waktu pacaran sengaja ditutupi akan terbuka saat sudah berumah tangga.