inilah perjuangan penulis. Tidur, bengong, menahan sakit, atau tetap berpikir waras. memang dalam remang sakit yang membayang tak lain kuasa selain berbaring dan merenung.
Tapi apakah harus kalah dengan kemalasan. Tak! Begitulah saya mendorong diri. makanya ketika harus tidur di ranjang sempit rumah sakit, aku sudah membawa pulpen, buku sketsa dan tulisan tulisan pendek.
Aku tidak mau kalah oleh rasa malas. Imun harus kuat untuk menambah gairah. Seorang penulis tidak kalah oleh hanya alasan sakit.
Ya begitulah tubuh tetap harus dipelihara kewarasan, meskipun kadang saat baca berita harus geleng geleng oleh beberapa isu terkini tentang netizen, kegarangannya saat komentar dan juga gagah beraninya saat terdengar berita Indonesia Di WO All England gara gara salah satu peawat yang ditumpangi dari Turki ada salah satu peserta terkena Covid
. Apes Bah.
Yah begitulah. Juga tentang berita politik yang masih ajeg, selalu berkonflik, selalu saja kontroversi. Memelihara kewarasan. Maka itu dengan kejernihan penulis berpikir, apapun meskipun sakit tanpa harus memaksa tetap menulis.
Ini catatan kecil.Tidak banyak, sekedar mencatat, sebagai warga Kompasiana. tetap mencoba aktif.Salam sehat.
Menulis sudah nenjadi bagian dari derap hidup.Di Kompasiana sudah ribuan tulisan saya terkumpul. Bukan masalah verifikasi biru atau centang hijau, yang penting konsisten Semua penulis mesti mengasah selalu menulis, agar teruji kematangan jiwa, pemikiran dan eksistensinya..
Agar selalu tercatat sejarah, seperti kata Kuntowijoyo, menulis, menulis, menulis dan menulis. Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H