Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Mengulik Lontaran Kritik Kwik Kian Gie tentang Ketakutan Mengkritik di Era Jokowi

Diperbarui: 9 Februari 2021   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wartakota.tribunnews.com

Pernyataan Kwik Kian Gie yang saya baca di CNN yang mengatakan ia takut menyampaikan pendapat berbeda atau berlawanan dengan pemerintah saat ini menuai polemik. Sepertinya kalau mengkritik ia akan mendapat perlawanan dari para buzzer di media sosial.

Benarkah apa yang dikatakan Kwik? Banyak netizen yang bereaksi, dan hujatan terhadap Kwik pun membanjir menanggapi pernyataannya.

Kwik lantas membandingkan bahwa zaman Soeharto dia sering melontarkan kritik tajam di media seperti Kompas. Ketika ia melontarkan kritik tidak ada masalah dan tidak sampai di bully sedemikian rupa seperti sekarang.

Menurut pendapat penulis, pernyataan Kwik sebetulnya salah alamat ketika membandingkan zaman dulu dan zaman sekarang. Sekarang era media sosial, lontaran apapun baik berupa kritik maupun status yang menyerempet baik pemerintah maupun oposisi tetap akan mendapat tanggapan. Buzzer bukan hanya berasal dari pemerintah. Dari oposisi yang tidak suka pada pemerintahan sekarang juga agresif.

Bukan salah pemerintah sebetulnya sebab era media sosial siapapun akan mendapat tanggapan pedas jika mengemukakan kritik. Sudah menjadi resiko bahwa privasi demikian longgar dan tentu saja tidak bisa menghindar bila banyak netizen, buzzer, influencer begitu aktif dalam menanggapi sebuah polemik.

Kwik harus sadar bahwa siapapun rezimnya yang paling mengerikan yang dihadapi sekarang adalah kata - kata yang terlontar dari netizen. Di era keterbukaan dan kemajuan media digital, semua orang berhak mempunyai pendapat. Jutaan komentar akan terlontar dari otak dan pikiran si empunya gawai. Setiap orang bisa bergerak dan membela seorang tokohnya.

Jokowi pun tidak kurang - kurang mendapat nyinyiran, lontaran kritik, body shaming, bahkan banyak isu - isu yang beredar bahwa rezimnya adalah rezim paling banyak membatasi pendapat seseorang untuk mengkritik.

Banyaknya permainan politik yang ditandai dengan munculnya buzzer, influencer itu tidak bisa dilawan. Era media sosial semua orang harus tahan kritik, tidak perlu panik oleh banyaknya tanggapan sehabis nge twit atau mengemukakan pendapat dan opini politiknya.

Memang ada jaminan kalau setelah era Jokowi mengkritik itu akan mendapatkan tempat yang nyaman?Sebetulnya bukan hendak membela Jokowi, namun banyak politisi, pengamat, pegiat HAM kurang bisa menempatkan diri. Sudah tahu eranya keterbukaan namun gampang tersinggung hanya karena lontaran pendapat netizen. Ya tidak salah dong muncul komentar karena pernah muncul pembatasan terhadap media sosial dengan undang- undang ITE tapi masyarakat langsung bereaksi.

Saya pikir demokrasi zaman sekarang ini benar-benar terbuka, tapi setiap orang harus bisa mengontrol dirinya. Sebab tanpa kontrol diri sendiri maka yang ada adalah opini yang kebablasan mentang -- mentang kebebasan berpendapat dijamin.

Kwik Kian Gie harus sadar sesadar-sadarnya bahwa Orde baru dengan sekarang itu berbeda jauh. Pada zaman dahulu mana ada media sosial, gawai canggih, Facebook, twitter. Mereka melontarkan kritik lewat koran resmi pun selalu ada pembatasan kritik yang layak dan tidak sebelum masuk cetak.

Kompas pastinya juga tidak akan sembarangan menayangkan artikel yang menyerang atau mendiskreditkan rezim. Setajam apapun kritiknya pasti sudah melalui sensor ketat, sehingga tidak sampai menyinggung pemerintah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline