Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

27 Januari Hari Ulang Tahunku di Kompasiana

Diperbarui: 27 Januari 2021   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana etalase warga biasa (tokopedia.com)

Setiap kelahiran mesti dirayakan, Setiap awal sebuah perjuangan harus dicatat sebagai pengingat, sejauh mana bisa mengarungi, detik demi detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun. Tidak terasa Tahun 2010 telah berlalu cepat, kini sudah memasuki tanggal 27 Januari 2021. Apakah terengah - engah menghadapi berlalunya waktu. Ah, aku lebih santai, bahkan seharusnya jika setiap hari menulis aku bisa menghasilkan karya sampai lebih dari tigaribu karya, tapi mengapa masih berkisar 1050 saja. Ah, tenang mas bro, aku tidak melakukan perjalanan marathon kok. Aku tidak ngebut, kata orang hanya jalan pelan -- pelan.

Pelan saja sudah menghasilkan lebih dari seribu tulisan kok? Itu alasan orang malas tahu, yang rajin itu sudah menulis lebih dari 5000 artikel. Ya biarkan saja, toh aku masih setia menulis sampai sekarang, itu namanya konsistensi. Sedikit banyak kalau rutin entah hanya seminggu sekali, dua minggu sekali, selama masih menulis ya bisa disebut konsisten toh.

Okelah, aku sih malas berdebat denganmu, aku hanya ingatkan saja, penulis yang baik itu bila setiap hari rutin menulis. Oke baiklah, kuakui aku orangnya kadang tergantung mood. Kalau lagi punya ide bisa menggebu, sehari bisa menulis 2 sampai 4 artikel, tapi kalau sedang tidak mood ya, bisa sebulan, setahun, tiga tahun tidak menulis. Benarkah sebetah itu? maaf aku bohong juga karena aku pernah lebih sering menulis di lapak sebelah ketika dulu sempat vakum tidak menulis. Apakah ada penyesalan?

Ya  seharusnya  aku sudah menulis ribuan artikel tapi gara - gara kamu sempat bertualang mencoba selingkuh dan mencoba menulis genre berbeda di platform sebelah yah, akhirnya angkamu jauh kalah dengan penulis lain.

Tidak apa toh dalam masa itu aku tetap menulis khan, jadi tidak lupa - lupa amat cara menulis. Lihat saja jejak di mbah gogel, aku menulis di mana saja. Maaf ya Kompasiana, aku memang petualang, suka menikmati tantangan jadi kadang aku ingin tantangan baru. Tapi syukur saja aku balik lagi dan kangen menulis di Kompasiana. Aku mulai aktif lagi sekitar 2016 (maaf aku sering lupa pada detail kapan tepatnya kembali rumah besar ini, toh masih bisa dilacak di Kompasiana).

Kompasiana itu telah memberi ruang ekspresi bagiku. Telah memberi pengalaman, telah memberi sebuah sajian komunikasi antar penulis. Aku dulu tidak bisa membayangkan pernah masuk ke kantor Gramedia grup di Palmerah. Berkat Kompasiana yang sering mengundang kopi darat aku jadi tahu oh, itu to kantor Gramedia dan Kompas itu. Dulu  dulu sekali aku sering menulis resensi buku, menulis artikel, aku kirimkan ke Kompas tapi ya lebih sering ditolaknya. (memangnya pernah berhasil mempublikasikan ke Kompas? Belum pernah hehehe...).

Namanya mimpi jadi penulis ya bagaimana caranya bisa tembus ke Kompas. Tapi akhirnya aku mengendor, tidak lagi ngotot untuk mengirimkan ke Kompas. Meskipun susah aku tetap sih berharap suatu saat bisa tembus ke Kompas. Bagaimana bisa tembus ke Kompas kalau baru menulis sepuluh artikel sudah menyerah. Banyak penulis yang baru bisa tembus menulis setelah kiriman yang ke 50. Wah.... 50  bagaimana mewujudkannya? Ya seharusnya menulis, menulis dan menulis, pantang menyerah begitu.... Bayangkan itu tidak sekuku jari dibanding Thomas Alfa Edison saat berekspresimen menciptakan lampu.... Ya ya ya aku mengakui tidak cukup tangguh dalam hal tekad dan perjuangan menembus koran nasional apalagi Kompas.

Tapi ternyata seiring berjalannya waktu aku bisa berkesempatan menulis di Kompas meskipun diakhirannya ditambah dengan iana.

Tercatat menjadi Kompasianer sejak 27 Januari 2010 dan tulisan pertamaku yang tanpa label itu muncul tanggal 29 Januari, bercerita tentang Bonek. Sebetulnya aku sudah sering sih menulis tentang kisahku dalam menulis. Ya karena ini hari istimewa yang saya ulang supaya pembaca ingat. Ini soal personal branding, mencatatkan tulisan, menganyam pikiran, dan pelan - pelan menumpahkan gagasan demi gagasan hingga akhirnya tidak terasa sudah terkumpul lebih dari seribu tulisan.

Bagiku sih sudah wow, entah anda para pembaca. Jangan bandingkan dengan penulis yang rajin seperti Pak Tjiptadinata ,  Mas Susy Haryawan, aku sih bukan - apa  apa mereka. Tapi aku paling tidak sudah menorehkan sejarah, mengikuti apa kata Pramoedya dan saran - saran dari para penulis tenar, seperti Arswendo Atmowiloto, menjadi bagian dari sejarah dengan menulis.

screenshot gawai (dokpri)

November akhir tahun lalu  aku sudah mencatatkan artikel ke 1000 dan hari ini pada tulisanku ini.Mas Bro, Sis dan teman - teman Kompasianer sudah 1050. Tidak banyak sih cita- citaku, aku hanya ingin membukukan tulisan- tulisanku. Dan sudah kumulai tahun 2020. Tahun ini harus lebih banyak itu saja. Sudah ya saya tidak akan menulis terlalu banyak, takut pembaca bosan dengan tulisanku yang receh ini.

Untuk pembaca dan para penulis pemula jalani saja pengalaman menulis setiap harinya, nanti juga akan mempunyai kenangan atas jerih payahmu menulis. Terus semangat menulis ( buat diriku ), biarkan waktu terus bergerak, sementara kalau ada kesempatan tetaplah terus menulis, sebab menulis itu adalah menganyam sejarah, menjadi bagian dari mereka yang terus menghidupkan semangat literasi.  Salam.

Jakarta, 27 Januari 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline