Warna pelangi Jakarta telah ditorehkan atas ide dari Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Lalu apakah penduduk Jakarta lantas wow, melihat pelangi di kolong fly over dan pengin selfie- selfie. Tentu saja orang yang gumunan lantas berjingkrak karena Jakarta tidak lagi bertaburan warna putih seperti halnya ketika muncul demo melengserkan Ahok. Dengan kekuatan putih yang menimbun hijau rimbunnya Monas membuat ada memori rupa - rupa pada segenap warga terutama yang terlanjur sakit hati oleh intrik politik politisi Jakarta.
Sekarang pelangi itu menempel di dinding, memberi pijaran semangat untuk menggelorakan makna bahwa Jakarta bukan lagi putih tetapi warna - warni. Ada pelangi dan membuat Jakarta yang berhawa panas semakin menghangat.
Tapi memang patut diacungi jempol ide sang gubernur. Ia telah membuat terobosan, dengan memberi pekerjaan pada tukang cat, melariskan toko cat. Tapi agak masgul bagi seniman, kenapa tidak memberi kesempatan saja pada para seniman untuk melukiskan dinding - dinding fly over dengan lukisan, dengan mural dan imajinasi tentang keberagaman.
Ah. Gubernur sudah bekerja, berusaha memahami seni tapi masih saja ada yang ngelunjak pengin itu pengin ini. Tapi kenapa hanya tempat tertentu, bukan perkampungan kumuh, bukan gang - gang sempit, bukan RT dan RW nya yang disuruh untuk menghijaukan atau mewarnai secuil tanahnya untuk ditanami pepohonan.
Sebab yang saya tahu banyak pengurus RT memanfaatkan bantuan entah BLT , entah bansos untuk dirinya sendiri, mengutip dan dan memotong yang menjadi haknya masyarakat dengan dalih uang lelah. Bukannya RT RW sudah dibayarkan uang lelahnya, tapi mengapa mengapa mereka masih berusaha memungut sisi lemah bantuan gratisan.
Ah, Bang Anies memang jago menata kata, menata sisi luar Jakarta agar tampak menonjol dan terlihat, tidak salah sih, tapi ada yang bertanya mending anggaran mengecat itu dimaksimalkan untuk mengurusi wabah pandemi yang masih mengancam. Memaksimalkan pelayanan rumah sakit dan memberi bantuan kesejahteraan bagi yang terkena dampaknya.
Maaf Bang. Tidak semua orang bisa dengan mudah senang dengan polesan warna - warni yang dipoleskan di dinding fly Over Pasar Senen. Tapi jujur selera seni bang Anies memang luar biasa. Berapa anggarannya ya untuk menyulap kesan kumuh Pasar Senen menjadi berwarna itu? Itu pertanyaan warga saja? Tidak dijawab tidak apa - apa tapi kalau transparan terbuka juga tidak apa - apa.
Sebab dari pengamatan penulis, banyak netizen yang mempunyai beragam pendapat. Tentu ada yang pro dan banyak yang kontra. Gambaran kaum urban yang menghuni dan tinggal di Jakarta ini memang pas kalau digambarkan dengan pelangi, namun di antara warna pelangi itu banyak warna kusam justru tampak lebih indah, lihat saja kalau masuk ke gang - gang di antero Jakarta. Lebih -- lebih jika menyisir alur parit - parit di tengah perkampungan Jakarta.
Tidak salah juga khan menteri sosial blusukan sekedar mengetahui wajah asli masyarakat urban yang rela tinggal di gang -- gang kecil dengan rumah seadanya dan cat - cat pudar yang mulai mengelupas, seperti yang sering penulis lihat di sekitar Pedongkelan Jakarta Barat, tempat saya tinggal. Belum lagi jika sampah - sampah lupa di ambil. Wow Jakarta Banget.
Tapi apapun seorang pemimpin memang harus punya gagasan - gagasan yang cetar membahana. Meskipun kadang gagasan itu kadang malah membuat komentar lucu, komentar sinis, komentar tidak sedap dari orang yang dari awal sudah selalu menganggap apa yang dilakukan gubernur Jakarta ini beda dengan pemerintah pusat.
Semoga saja dengan Jakarta yang penuh warna ini memberi nafas lega, lega bahwa manusia Jakarta menikmati keragaman, Menikmati indahnya toleransi dengan meresapi gairah hubungan manusia penuh warna, harmoni antara pemerintah pusat dan daerah, membuka ruang bagi para wakil rakyat untuk tidak sibuk mengoreksi pemerintah saja, tapi juga mengoreksi diri sendiri, sering absen rapat karena mencari proyek untuk memperkaya diri. Menggairahkan kembali budaya gotong royong, bukan hanya tertawa ketika lawan politik terpeleset dalam kasus memalukan. Bukan hanya yang tampak di luar, gang - gang kumuh Jakarta pun mendapat sentuhan artistik.
Tapi jangan dipelesetkan dan digiring bahwa Jakarta ramah LGBT, sebab menurut pengetahuan yang penulis baca, pelangi itu identik dengan LGBT. Yuk Penduduk Jakarta Nyanyi lagu Pelangi. Pelangi pelangi Alangkah Indahmu, merah kuning hijau di langit yang biru, pelukismu agung, siapa gerangan, pelangi - pelangi ciptaan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H