Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Catatan tentang Telapak Kaki

Diperbarui: 31 Desember 2020   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lifestyle.kompas.com

Sejauh mana tapak kakimu mengapal*, aku tidak percaya hari hari ini kamu bisa mengumpulkan tenaga untuk melangkah. Aku lebih percaya kamu hanya duduk, selonjor, membuka buku, dan menekan tuts gawai. Bahkan Obrolanmu pasti tentang kegalauan dan kekecewaanmu pada serangkaian perjalanan yang tertunda. Apes. Begitulah hatimu meradang.

Tahun ini mengapa begitu gamang, mengapa harus duduk tepekur memandang dinding yang mulai mengelupas catnya, sementara cicak - cicak di dinding mulai bersuara, menyatakan rasa bosannya melihat wajah kita. Suaranya membuat kita ingin teriak dan melemparnya dengan kertas. 

Mungkin saking jengkelnya cicak merangkak, persis di atas kita dan crottt. Bau menyengak menembus lubang hidung dan membuat mulut hampir memuntahkan makanan yang baru kita telan. Bau dari darah busuk nyamuk yang menyesap darah kita.

Melihat cicak yang bosan dengan kita yang lebih sering di rumah daripada bepergian, ia pasti sedang merencanakan kudeta, agar kita sesekali jalan keluar dalam waktu lama. Ia perlu penyegaran, perlu udara segar agar bau keringat bacin dari tubuh yang jarang memakai deodorant kabur.

Tapi sudah kupastikan cicak akan frustasi, sebab kita akan lama di rumah. Sudah banyak agenda menanti, tanpa harus membuat kapal kaki kita menebal, yang tebal justru tonjolan di tumit kita. Sebab sehari - hari hanya duduk, sambil sesekali jari kaki kita sibuk mencubiti kasur yang ada di depan kita hingga kapuknya bertebaran.

Sehabis bekerja terus menggelasah, tidur ditemani kapuk yang beterbangan serta kutu kasur yang genit mencubit pantat dan paha kita. Kunamakan saja bangsat. Tidak bosannya mengganggu tidur kita.

Dulu masih ingat tidak ketika kamu usianya masih sekitar 20 an tahun, kamu pernah jalan kaki sejauh 45 kilo, pernah juga karena ujian kamu harus lari dan berjalan sejauh 60 kilo. Bisa dibayangkan betapa merananya tapak kakimu.

Darah mengumpul, namun tapal kakimu semakin menebal. Itu yang kukagumi. Mungkin karena belum mengenal tilpun genggam dan laptop, maka kamu bisa dengan bebas bertualang dengan langkah tegap tanpa digelayuti oleh pikiran - pikiran yang aneh - aneh.

Coba sekarang kamu tantang dirimu untuk melangkah maksimal 5 kilo meter saja, menyusuri gang - gang yang ada di kampungmu. Pasti kamu akan mengatakan ogah. Karena apa sih?

Ya karena korona membuat semuanya berantakan. Berjalan saja takut - takut akan mendapatkan kenyataan tertular virus yang membuat paranoid semua orang. Jangankan melangkah, keluar dari tempat tidur saja kadang malas, sudah terlalu mager, sudah terlalu akrab dengan kasur dan bantal.

Bahkan cicakpun bingung harus dengan cara apa mengusir orang - orang untuk tidak hanya rebahan saja. Masih banyak aktifitas yang bisa dilakukan. Lihat tanaman di teras, mereka butuh sentuhan butuh elusan tangan, butuh siraman air yang menyegarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline