Surat Untuk TVRI
Bagaimanapun kami umat katolik merasa sangat berterimakasih kepada TVRI atas kepeduliannya dalam menayangkan Misa setiap hari Minggu, jam 11 sampai 12.OO. Umat katolik dari seluruh pelosok tanah air bisa mengikuti misa yang disiarkan secara langsung di TVRI. Kami mengikuti dengan khusuk meskipun hanya lewat tayangan televisi. Namun sudah sekitar 2 minggu kami merasa aneh ketika TVRI menayangkan iklan dengan disisipi oleh jeda waktu dan minggu ini tambah ada tayangan selingan. Selingan tayangan itu membuat ibadat yang khusuk menjadi buyar akibat jeda tayangan dan selingan.
Kami menginginkan tayangan yang utuh, tidak diselingi oleh berbagai tayangan jeda. Mungkin saja itu ego kami, tapi tidak bisa membayangkan saja di Gereja saat khusuk berdoa ada selingan orang berjoget- joget atau menyanyi diluar konteks. Bagi kami umat katolik Ibadah Misa itu adalah ritual utuh yang tidak mungkin dipenggal - penggal seperti iklan seperti di sinetron.
Kalau TVRI di minggu - minggu berikutnya tetap menayangkan misa dengan diselingi iklan kami mungkin akan mempertimbangkan untuk tidak lagi menonton TVRI. Rasanya misa seperti tontonan lainnya yang harus hidup dari kuasa iklan.
Dalam masa pandemi covid 19 ini secara ketat gereja katolik mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak membuat kerumunan dan membatasi untuk tidak mengadakan peribadatan yang mengundang banyak orang dan solusinya adalah melakukan tayangan misa secara live streaming. Banyak Gereja yang mandiri melakukan live streaming dari youtube. Itu menjadi alternatif kami untuk mengikuti ibadah Misa tiap Minggu dari rumah. Kalau TVRI masih saja menayangkan misa dengan diselingi jeda tayangan rasanya perayaan misa menjadi hambar, tidak khusuk lagi, tidak masuk dalam situasi kondusif yang diinginkan umat katolik.
TVRI sebagai alat komunikasi milik masyarakat memberi kami kepercayaan bahwa suasana toleransi masih terasa. Sebagai media pemersatu tentunya TVRI harus mendengarkan suara -- suara yang berasal dari masyarakat, juga termasuk masyarakat minoritas yang menginginkan netralitas dalam penayangan di media nasional, bukan partisan, bukan hanya milik keyakinan tertentu.
Semoga saja TVRI mendengar keluhan umat Katolik khususnya yang menginginkan Satu jam dalam satu minggu untuk bisa beribadah secara khidmad dan khusuk. Sebab kami belum bisa melaksanakan Misa secara offair untuk mengurangi dampak dari penyebaran virus covid 19.
Perlu diketahui bahwa bahwa liturgi Katolik Misa itu adalah kewajiban setiap minggu liturgi yang berarti kewajiban umum (dalam bahasa Yunani) Liturgi dilaksanakan di dalam konteks umum. Menurut perkembangan sejarah liturgi pada masa gereja awal liturgi tidak diselaraskan dengan format baku. Lebih pada kelompok -- kelompok elemen yang mengalir dan dipraktekkan menurut daerah setempat. Liturgi pada gereja awal berakhir pada saat konsili Nikea pada 325 M.
Sejak Konsili Nikea, berbagai ritual dan adat kebiasaan pemujaan umum telah disempurnakan, dikomodifikasi menurut sejarah gereja dan komodifasi kanon gereja. Dalam Konsili Trente mengatur bahwa Kristus sungguh - sungguh hadir pada pengorbanan dan perayaan ekaristi. Dan sejak itu liturgi itu mengalami pembakuan dan seluruh dunia sama dalam ibadah di gereja.
Jadi Misa adalah salah satu liturgi wajib yang harus dilaksanakan dengan aturan baku dari Gereja katolik pusat di Roma diatur dalam konsili vatikan meskipun dengan bahasa yang disesuaikan dengan daerah setempat ( Sebelum konsili Vatikan sempat melaksanakan ritual Misa menggunakan bahasa latin).
Dalam struktur Misa Katolik dikenal upacara pembukaan sebagai awal untuk mempersiapkan jemaat atau umat untuk mendengarkan sabda Tuhan bernyanyi mazmur dan juga doa tobat dan doa pembukaan,kemudian disusul Liturgi Sabda, berupa pembacaan Kitab suci, Puncak dari Ekaristi dan yang paling sakral adalah saat persembahan roti anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dalam sebuah istilah transubstantiasi. Misa selalu disertai dengan penerimaan roti ( mana) bagi mereka yang sudah dibabtis katolik dan sudah mengikuti kursus komuni pertama.