Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Tingginya Khayalan Sinetron dan Bangkitnya Film Pendek Berkat "Tilik"

Diperbarui: 29 Agustus 2020   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suryamalang.tribunnews.com

Sampai saat ini tayangan sinetron masih mendominasi tayangan Primetime televisi, mereka menjadi penangguk iklan sehingga keberadaan stasiun televisi masih bisa bertahan lama. 

TVRI tidak heran karena dari awal pemunculannya adalah sebagai corong informasi pemerintah.Sekitar tahun 1989 baru muncul RCTI disusul SCTV dan Indosiar sehingga pilihan menonton televisi menjadi beragam. Yang menjadi magnet penonton adalah sinetron dengan penampilan artis hu- artis yang terdongkra karena panjangnya sinetron dan muncul pas jam primetime di mana banyak pemirsa bisa menonton tayangan. 

Ada yang sampai ribuan episode seperti misalnya tersanjung dulu. Tentang kualitas ceritanya tidak usah dibahas lanjut wong tujuannya menghibur dan mengaduk - aduk emosi pemirsa. 

Sudah tentu televisi akan mengunggulkan dan menomorsatukan sinetron (terutama RCTI,SCTV, INDOSIAR) Di situlah iklan - iklan terjaring dan uang berputar. Artis - artis yang terlibat terutama bintangnya mendadak kaya karena mereka dapat bayaran per episode. Bayangkan jika artis itu ikut ribuan episode dengan bayaran satu episodenya 70 juta.

Menangguk Iklan dari Sinetron Sampai Kapan?

Nah itu berkah bagi artisnya dan kru film yang membuatnya. Namun bisa jadi akan membuat pusing penulis naskahnya karena harus membuat skenario yang sewaktu -- waktu bisa berubah tergantung permintaan dari pemirsa. 

Mulanya mungkin hanya tayang sekitar 12 episode misalnya namun karena antusiasme masyarakat maka cerita dibuat dengan alur panjang berbelit- belit hingga memaksa pemirsa bertahan mengikutinya bahkan ada yang setia menonton meskipun sudah ribuan seri.

Lalu apa intisari dari sinetron panjang dan berbelit- belit itu. Intinya sebenarnya adalah karena iklanlah yang diharapkan mampu memberikan suntikan dana segar agar televisi terus bertahan. 

Pasti operasional televisi butuh finansial untuk membayar honor tokoh sinetronnya, kru - krunya tim kreatifnya. Mereka (televisi ) harus membayar royalti kepada PH (Production House), untuk dishare kepada artis- artisnya sutradara, cameramen, kru perlengkapan, akomodasi, tim kreatif (multimedia ), penulis naskah.

Nah, penulis naskah selagi sinetron masih tayang ia harus terus siap selalu untuk membuat skenario, naskah dari episode ke episode. Bisa jadi rangkaian ceritanya jelas bagaimana prolog dan endingnya. Namun di sinetron setiap pemirsa harus menahan diri untuk tidak berkomentar lebih jauh tentang logika cerita, khayalan dalam rangkaian ceritanya. 

Terkadang ada tayangan yang diambil dari kejadian nyata namun dibumbui sehingga tampak kesan dramatis, meskipun kadang tidak logis. Otak penulis naskah harus selalu berpacu untuk mengejar dan mempersiapkan cerita yang setiap hari tayang di media layar kaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline