Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Menjadi Penulis Jangan Baperan!

Diperbarui: 11 Mei 2020   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber:Pexels/victoriaborocinova

Aku bingung juga mau menulis apa, yang urakan, mulitik atau sekedar menulis tanpa juntrungan. Bagiku ketika sudah memelototi Laptop paling tidak sudah kutulis artikel mentahan. Mula -- mula ingin menulis dengan judul Menjadi Penulis Jangan Baperan. 

Tapi dipikir- pikir dengan baperan aku bisa menulis panjang. Bisa mengarang novel dan menuliskan baris- baris puisi yang sentimentil. Bukannya ketika sepi dan sedang patah semangat seorang penulis bisa menumpahkan ide banyak tentang kegalauannya. Lalu aku mau menulis apa. 

Ingin menulis tentang politik tidak punya referensi yang cukup untuk membahas isu -- isunya. Kalau menulis kanal biasa ya tahu sama tahulah hanya viewnya amat sedikit, sering jengkel dibuatnya.

Tapi harus menulis, iya menulis tapi menulis tanpa ujung pangkal jadi apa? Ya jadi tulisanlah memangnya jadi perkedel. Baiklah, aku ingin menulis suka- suka saya, yang penting selesai. Kalau menulis nakal sedikit nanti jadi pergunjingan, dan disentil admin bagaimana.

Ah bawel, menulis ya menulis saja kenapa harus cari -- cari alasan, sebel terlalu banyak mengeluh sih kamu.!Nah lo kok aku jadi bertengkar sendiri dengan nuraniku. Kalau bertengkar kapan aksinya. Hanya berkhayal tanpa aksi percuma.

Oke baiklah, Kuputuskan menulis judul yang kukarang barusan yaitu menjadi penulis jangan baperan, sedikit sedikit mengeluh, pembacanya sedikit kek, Admin, atau redakturnya pilih kasih kek, atau gaya menulisnya terlalu konvensional, tidak menarik, terlalu datar, seperti opini di media mainstream, tidak ciamik. Gubrakkkk. Banyak komentar mas bro.

Jangan Tulis Tulisan Biasa Saja!

Pilih diksi yang beda, buat judul yang cetar membahana, buat admin jantungan. Sebab kalau biasa mata adminnya yang hanya sepasang dua pasang tentulah terbatas dalam memelototi artikel yang tiap minggu jumlahnya ribuan, tiap menit berapa artikel berjubelan masuk.

Kalau tulisan hanya biasa saja, tidak greget, tidak menimbulkan daya tarik untuk dibaca dalam hitungan jam ya lenyap saja. Tidak istimewa, paling pembacanya ya kamu, kamu dan kamu lagi. 

Penulisnya sendiri yang ngelus dada karena amat sedikit yang membaca. Kalau begini kapan berkembang, kalau begini, bagaimana bisa mendapat reward, kalau begini mengapa capek- capek menulis, sambil mencari bahan di koran, di media lain, di perjalanan, di lingkungan tempat tinggal. Kalau ujung- ujungnya yang baca kisarannya hanya 50 an bagaimana puas. 

Ini sih sebuah kesia -- siaan. Apa tidak tahu bahwa sudah lama saya menulis begitulah bathin para penulis. Apa tidak tahu bahwa bahwa saya senior. Ah gombal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline