Setiap lomba puisi selalu tampak semangat mengutus waktu untuk mengikuti jejak antusiasnya.
selalu kusediakan ruang sepi dan nestapa dalam sebaris puisi kehidupan
kubaca -- baca puisi Joko Pinurbo puluhan kali
dan kurapal mantra- mantra dari Sutardji Calzoum Bachri
perasaan akan menang dan kurebut semua hadiahnya
Aku merasa bisa terbang dan mencipta puisi
dengan sombong kutularkan informasi ke teman- teman bahwa bulan depan akan kuikuti lomba puisi
memungut kata dari penyair- penyair gemblung,
aku bahkan sok aneh dan sok puitis.
Padahal itu bukan kejujuran seperti tulisan D Sawrawi Imron si penyair Madura itu
aku sedang memainkan gaya orang lain dan bukan murni dari hati nurani sendiri