Pada babak penyisihan pertama Indonesia gagal membawa kemenangan ketika melawan Vietnam dengan kalah 1 -- 2. setelah itu permainan Indonesia membaik selalu menang sampai pada babak final. Harapan besar untuk merengkuh emas akhirnya terkubur ketika Indonesia dipecundangi Vietnam dengan skor cukup telak 3 -- 0.
Gol Gol itu tercipta dari sundulan Doan Van Hau, Do Hung dung menggandakan skor Vietnam, gol ketiga kembali dilesakkan oleh Doan Van Hau.Pupus sudah harapan Indonesia untuk menjadi juara. Padahal melihat pertandingan- pertandingan sebelumnya cukup optimis Indonesia bisa meraih hasil positif.
Rupanya Vietnam menerapkan pertahanan ketat, menjaga Saddil Ramdani begitu ketat dan menutup celah terobosan Osvaldo Haay. Diawali dengan gol yang berasal dari bola mati gol-gol dari Vietnam memanfaatkan kelemahan pertahanan Indonesia. Dari awal pertandingan pertahanan Vietnam begitu rapat susah tertembus oleh oleh serangan- serangan lewat sayap kiri Osvaldo Haay dan Witan Sulaiman.
Sayang seribu sayang pemain andalan Indonesia yang berfungsi sebagai pengatur serangan tidak bisa melanjutkan pertandingan karena cidera serius di engkel kaki. Dengan dipapah Evan Dimas Damono tampak kesakitan karena cedera kakinya ia susah berjalan dan harus dipapah ke pinggir. Evan Dimas diganti oleh Syahrian Abimanyu.
Agak pincang sebetulnya serangan Indonesia karena Evan Dimas harus keluar di menit ke 20. Banyak insiden pelanggaran yang luput dari pengamatan Wasit. Indonesia sering dirugikan dengan ketidakcermatan wasit Majed Mohammed Alshamrani.
Pada kasus cidera Evan Dimas dalam tayangan ulang terlihat pemain Vietnam harusnya mendapat hukuman serius karena pemain Vietnam membahayakan Evan Dimas. Seringnya Vietnam bermain kasar membuat permainan terasa berat sebelah.
Namun lepas dari berbagai pelanggaran Vietnam cukup cerdik memainkan zona marking untuk mempersulit pemain -- pemain Indonesia mendekati gawang. Mereka sangat disiplin menjaga daerah pertahanan. Hingga peluit berakhir Indonesia masih susah memanfaatkan peluang untuk dikonversi menjadi gol.
Yah. Harapan segunung itu harus pupus dan Vietnamlah yang mengubur mimpi Indonesia untuk menjadi kampiun di SEA Games 2019 di Philipina. Lapangan Rizal Memorial Stadium belum memberi keberuntungan pasukan Garuda Muda Indonesia menyaksikan medali emas terkalung di leher mereka. Sepertinya kontras dengan tim Voli Putra Indonesia yang bisa mempersembahkan Emas untuk Indonesia. Indonesia menang 3 set langsung setelah bermain cukup ketat dengan Philipina.
Indonesia kembali harus bekerja keras agar pada pertandingan SEA Games selanjutnya bisa belajar dari kegagalan menjadi juara. Kelemahan mendasar tim besutan Indra Safri adalah organisasi penyerangan yang belum kompak. Sebetulnya permainan dari kaki ke kaki Indonesia sudah cukup bagus, namun rupanya belum cukup bagus untuk melawan Vetnam yang sangat disiplin dalam menjaga zona pertahananya sehingga sangat susah bagi barisan penyerang Indonesia untuk membobardir gawang lawan. Yang ada malah gawang Indonesia bisa kebobolan sampai 3 kali.
Lepas dari itu perjuangan Indonesia sampai menjejak Final patut diapresiasi. Mereka para pemain Indonesia sudah gigih untuk melawan dengan sekuat tenaga. Namun rupanya kesiapan mental dan taktik memang masih kalah dengan Vietnam. Sportif Vietnam memang tampak lebih baik dari Indonesia dan patut mendapat emas. Indonesia belum maksimal untuk pantang menyerah sampai peluit berakhir.
Meskipun Pelatih Vietnam Park Hang Seo dikartu merah karena melakukan protes keras, Pelatih Indra Safri kesulitan menjalankan taktik untuk mengobrak abrik pertahanan Vietnam yang dijaga ketat pemain -- pemainnya yang sangat militant menjaga daerah pertahanan. Indonesia akhirnya harus puas"hanya"mendapat medali Perak SEA Games di Philiphina.