Bagi sebagian orang Jawa yang masih mengenal kebudayaan lebih dalam, kehidupan mistis, hubungan makrokosmos dan mikrokosmos, dialog manusia dengan alam sekitar, pengenalan bahwa manusia selalu berhubungan dengan alam sekitar, manusia selalu berhubungan dengan sangkan paraning dumadi.
Banyak yang menganggap manusia Jawa itu penuh hubungan mistis. Sebuah dunia misteri yang susah terselami oleh manusia biasa yang tidak mempunyai kemampuan "ngerti sak durunge winarah" tahu sebelum peristiwa akan tersurat atau terjadi.
Ojo gumunan, tetep eling lan waspada, wong golek pepadhang iku biasanya akeh sing ngalangi(jangan mudah tergoda barang baru, tetap ingat dan waspada, orang mencari terang itu biasanya banyak yang menghalangi).
Banyak sekali petuah Jawa yang menggambarkan betapa manusia banyak belajar dari berbagai masalah yang muncul dari diri manusia sendiri dan hubungannya dengan alam yang bagi budaya lain menganggap orang Jawa penuh mistis.
Manusia dan Alam dalam Kebudayaan Jawa
Hubungan manusia dengan batu, pepohonan, alam serta makhluk halus semacam jin, peri, dan makhluk -- makhluk astral yang menghuni alam lain sangat kuat. Kemampuan melihat dunia lain,, bisa saja karena bakat alam, diberi kemampuan lebih yang menciptakan jagad dan seisinya, tetapi juga melalui lelaku.
Proses lelaku itu bisa dengan melakukan puasa tidak makan makanankecuali nasi dan air putih (mutih), ngrowot (tidak makan nasi hanya makan semacam umbi umbian,kentang, jagung), patigeni (tidak melakukan makan dan minum ditempat gelap tanpa ada api dan maupun cahaya. Melakukannya selama 1 x 24 jam).
Topo kungkum (berendam) di pertempuran dua sungai atau tiga sungai sekaligus (tempuran), makna topo kungkum adalah pembersihan jiwa, menyerap energi alam membersihkan kotoran kotoran jiwa, merangsang munculnya perbaikan sel- sel dari tubuh dari rangsangan arus air.
Tujuan puasa sebenarnya menahan diri, menghilangkan godaan untuk bersenang- senang, sengaja laku prihatin, meresapi kesederhanaan hidup, merasakan kesusahan dan penderitaan sebelum meraih kebahagiaan sejati.
"Laku" puasa itu bisa memberi efek pada diri sendiri bila seorang pemimpin misalnya raja itu bertambah bijaksana, berwibawa dan sakti madraguna( pada zaman dahulu seorang yang sering melakukan ritual puasa seperti saya sebut diatas bisa dikatakan"titis panggraitane"atau istilah bahasa Indonesianya tajam intuisinya.
Yang sering digambarkan ; raja yang suka bertapa, melakukan laku prihatin yang terkenal adalah Sultan Hadiwijaya, (Sultan Pajang waktu muda terkenal dengan nama Jaka Tingkir), Penembahan Senapati (raja Mataram pertama yang melakuakn babad alas Mentaok, raja yang mudanya dipanggul dengan Danang Sutawijaya) selanjutnya adalah Sultan Agung.
Di Tlatah Sunda raja yang terkenal sakti mandraguna adalah Prabu Siliwangi.