Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Media Sosial dan Ujaran Kebencian yang Diviralkan

Diperbarui: 16 November 2019   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial (Dok. simplelearn.com)

Hampir semua orang mengenal media sosial. Dalam hitungan tahun media sosial telah membuat perubahan bagi kebiasaan, perilaku dan karakter manusia. 

Manusia penggila gadget tentnya termanjakan dengan adanya kemudahan untuk mendapatkan sesuatu. Ingin bepergian tidak perlu repot-repot mencari biro travel dan kantor yang melayani jasa konsultasi, hanya tinggal klik melalui aplikasi, semua pun terpenuhi.

Media sosial, modernitas informasi, dan perubahan budaya masyarakat
Sekarang sudah banyak aplikasi untuk mengetahui tempat-tempat yang bagus sesuai budget. Pemesanan hotel, pembelian tiket pesawat maupun transportasi lainnya sudah siap, hanya cukup menggunaka aplikasi dompet dan aplikasi digital lainnya, kemudahan pun dapat segera terpenuhi. 

Betapa mudahnya hidup di era media sosial dengan layanan digital yang memudahkan semua orang. Start up bermunculan, belanja pun tidak lagi harus keluar masuk mal atau supermarket, tinggal pesan makanan bisa via ojek online, makanan pun langsung datang. Terus, jikalau malas beli token listrik, cukup membayar lewat mobile banking atau aplikasi online. 

Asal sudah top up baik melalui bank atau lewat supermarket terdekat, urusan pun selesai, mudah kan? Setiap bulan dari sebagian gaji disisihkan untuk melakukan top up di aplikasi pembayaran tersebut. Tidak usah lagi membawa uang fisik dalam jumlah banyak, hanya cukup memegang smartphone, urusan pun selesai.

Saya sebetulnya termasuk generasi yang susah menyesuaikan diri dengan kemajuan tren IT tersebut. Menggunakan HP juga sebisanya, tidak pernah yang aneh-aneh. Keterpaksaan yang mengharuskan itu, karena sudah tak dipungkiri lagi bahwa perkembangan teknologi di sekitar memaksa kita harus menyesuaikan. 

Suka dan tidak suka membuat media sosial mempunyai manfaat dan dampak negatif (ilustrasi dari sloanreview.mit.edu)

Apa kata orang, jika sebagai guru tidak paham istilah-istilah semacam aplikasi, download, Youtuber, blogger, Influencer, content creative, blogging time, instastory, dan sederet istilah yang familiar bagi penggila gadget?

Makanya meskipun daya tangkap saya untuk memahami bahasa program dalam berbagai aplikasi di gadget, tetap saya harus semangat untuk belajar terus, karena hanya itu satu-satunya yang bisa memberi nilai lebih kepada saya sebagai blogger.

Jika umur seperti saya yang mendekati kepala 5 malu bertanya dan gengsi untuk belajar pada yang muda, ya silahkan menjadi manusia jadoel, yang menggantungkan nasib pada kecerdasan teman, adik, anak, atau keluarganya untuk memandu saya dengan perkembangan teknologi.

Saya sudah membayangkan bibir- bibir sinis yang menawan tawa ketika saya bertanya seperti ini:

"Mbak, Mas, saya kok bingung bagaimana caranya mematikan HP ini, pusing mbak HP-nya canggih yang punya jadoel, hehehe"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline