Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Menulislah Teman, Kapan Lagi Kalau Tidak Sekarang!

Diperbarui: 6 November 2019   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Mereka teman- temanku yang ada di kantor (para guru) sangat sibuk dengan pekerjaannya di kantor, dari membuat soal, menulis kisi - kisi, lesson plan, administrasi kelas dan termasuk konsultasi siswa yang kesulitan belajar.

Kegiatan yang seabreg- abreg itu membuat para guru teman- teman saya itu agak susah membagi waktu untuk belajar, membaca pengetahuan umum. Jadi jika mereka diberi tantangan untuk menulis dan nge blog mana sempat.

Sempatkan Menulis Teman
Saya tidak menyalahkan mereka, mungkin salah saya yang terlalu menggebu merayu mereka untuk menulis padahal tugas utama guru khan mengajar. Itu juga sebuah pengabdian. Jika anak orang pintar toh mereka akan bahagia dan bangga. Tapi bukankah tugas guru juga menginspirasi muridnya. Apalagi jika gurunya pandai menulis, sering menjadi panelis, pembicara gara- gara hobinya menulis.

Jangankan menulis membagi waktu untuk kegiatan sendiri saja susah kalau sudah di kantor. Tugas- tugas di sekolah terutama di swasta itu bejibun apalagi mereka yang mempunyai jabatan structural.

Lalu bagaimana dengan saya yang selain mengajar masih sempat menulis. Mereka menganggap itu talenta saya yang tidak dimiliki teman lainnya. Ah, semua orang bisa menulis, kebetulan saja saya sudah memulai duluan, yang lain masih mencari waktu tepat dan kebetulan belum berjodoh untuk menulis.

lebih Cepat Mulai Lebih Baik
Lalu kapan menulisnya. Ya kalau ada tuntutan administrasi yang mengharuskan mereka menulis. Beda dengan saya, saat ini posisi saya kalau tidak menulis seperti ada yang hilang dalam keseharian. Agak linglung dan bingung. Ah apakah saya mempunyai penyakit kejiwaan akibat ketergantungan menulis. Masak dikatakan penyakit kejiwaan sih.

Kalau rokok boleh candu menulis bisa khan. Toh candu yang bermanfaat. Berkat hobi menulis saya bisa merangkai kata bahkan sempat menyusun novel yang sampai sekarang masih saya simpan, dua lainnya sudah saya poskah di wattpad. Beberapa tulisan masuk dalam kumpulan tulisan yang dibukukan dan masih mempunyai cita- cita menulis menyusun buku kumpulan tulisan baik di Kompasiana, di Pepnews dan di blog lain yang pernah saya singgahi.

Saya jadi teringat sekitar 1990 an.  Ketika menjadi mahasiswa saya sering sekali menuliskan uneg- uneg saya di kertas, entah di kertas folio bergaris maupun buku agenda. Hasrat menulis yang menggebu itu karena saya kurang biasa curhat dengan teman. Jika ada masalah lebih banyak menuliskan uneg- uneg di buku daripada curhat dengan teman.

Katakanlah dalam masalah pribadi saya terkesan introvert. Ah biar, sebab dari kebiasaan menulis di kertas akhirnya ada semangat lebih untuk mencoba mengirimkan tulisan ke koran. Mula- mulanya sih cuma iseng menulis di surat pembaca. Lama- lama kok asyik jika mengirimkannya di kolom opini.

Meskipun berkali- kali gagal sekali tulisan saya pernah di muat di koran. Bangganya selangit, tulisan itu saya pelototin terus seakan tidak percaya. Meskipun hanya berbentuk surat pembaca saya bangga pernah menulis di majalah tempo, di tabloid detak. Sampai saat ini jika dikumpulkan tulisan saya di media mainstream cukup banyak. Sayangnya ketangguhan saya dalam menulis belum teruji sebab saya belum berani memutuskan untuk total menjadi penulis.

Saya masih lebih mengandalkan pekerjaan tetap sebagai guru yang kebetulan hobi menulis, bukan penulis yang kebetulan menjadi guru. Padahal dalam doa, dalam alur pikir saya totalitas menulis itu masih menjadi cita- cita saya. Ya sudah biarlah saya menjadi guru yang hobi menulis. Jika dalam perjalanan hidup saya akhirnya saya tercatat sebagai penulis alangkah bangganya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline