Berita hoaks sempat menghiasi media sosial dengan meninggalnya tokoh besar, Presiden ketiga dan penemu rumus -- rumus keretakan pesawat. Bacharuddin Jusuf Habibie Pria kelahiran Parepare (25 Juni 1936 ) 83 tahun yang lalu.Baru hoaks saja hati sudah tercekat. Betapa tidak melihat jasa- jasa Habibie terutama dalam bidang teknologi dirgantara,pemikiran dan visinya untuk Indonesia sangat inspiratif.
Lepas dari intrik politik dan konspirasi yang membuat akhirnya Habibie tidak maju lagi menjadi Presiden, Habibie adalah politikus lurus yang dimiliki negeri ini. Bisa saja Habibie hidup nyaman di Jerman, karena keahliannya ia menjadi warga negara kehormatan. Ia adalah mutiara bersinar di bumi dan menjadi salah satu tokoh penting dunia penerbangan.
Tetapi Habibie mau pulang untuk mengabdi pada negara. Dalam perjalannya pemikirannya tentang teknologi lebih banyak diadobsi oleh negara lain. Jerman sangat tahu kepiawaian Habibie. Di Indonesia Habibie dihadapkan pada keruhnya kolam politik. Banyak misteri dengan realitas sejarah bangsa Indonesia yang lama dijajah Belanda.
Mental jajahan, kekurangmandirian dan gampang bereaksi terhadap perubahan membuat Indonesia lambat maju. Padahal alam sudah mendukung, banyak talenta di miliki tetapi mental tempelah yang membuat Indonesia begitu ketinggalan dengan negara lain. Sekarang malah politik identitas, kentalnya campur tangan agama terhadap cuaca politik tanah air menjadikan masyakarat lebih sibuk nyinyir daripada bekerja.
Dulu Pejuang bangsa tanpa perhitungan mengorbankan diri untuk mengusir penjajahan bagaimanapun caranya, sekarang banyak masyarakat sengaja dijajah dan diam disetir teknologi. Ada banyak positifnya jika masyarakat mengikuti kemajuan teknologi, tetapi jika hanya menjadi pengguna dan pengekor tetapi tidak pernah berpikir untuk membuat penemuan baru. Apa gunanya.
Habibie dalam hidupnya selalu mempunyai gagasan segar, apa saja tentang teknologi, tentang anak muda, tentang film, tentang buku, tentang cinta dan kesetiaan. Pola pemikirannya sudah mencapai taraf filsuf, kematangannya menghadapi berbagai tantangan memberi nilai lebih dari sosok presiden ketiga tersebut.
Ia adalah ayah yang lebih banyak diam, tetapi memberi dorongan dari belakang. Ia adalah kakek yang penyayang terhadap cucunya. Dan yang terlihat menonjol adalah kecintaan, romantisme dan rasa cintanya terhadap satu perempuan pasangan hidupnya yang sudah meninggalkannya 9 tahun lalu. dr. Hasri Ainun Habibie.
Berita hoaks tentang meninggalnya Habibie itu saya dengar malam dan pagi sebelum Habibie memang benar dinyatakan meninggal secara medis oleh dokter di RSPAD pada jam 18.05 WIB tanggal 11 September 2019. Setelah itu berita di media sosial didominasi oleh ucapan bela sungkawa. Indonesia kehilangan tokoh yang menjadi panutan, bapak bangsa, yang selalu memberi motivasi para presiden selanjutnya bukan hanya ingin eksis dan berusaha menempatkan diri penting negara. Habibie, terus berkarya sampai tidak mampu lagi dan kini ia sudah terbang menemui Ainun cinta sejatinya.
Sebagai orang yang lebih muda keteladanan Habibie patut dicontoh, terutama pada selebritis, politisi, mereka yang lebih suka ganti pasangan dan kawin cerai. Habibie orang yang setia, orang yang tahu bagaimana cinta diperlakukan. Ia pria romantis yang sangat paham cinta sejati.
Indonesia kehilangan teknokrat yang bisa menyumbangkan pemikirannya tanpa dibumbui hasrat politik yang cenderung kotor. Selama ini muncul tokoh tokoh dengan lagak negarawan tetapi mempunyai jejak politik yang cenderung seperti bunglon. Nah tokoh- tokoh bunglon inilah yang sekarang lebih mendominasi politisi Indonesia.
Maka ketika muncul gagasan kreatif yang muncul murni dari anak bangsa yang hadir malah nyinyiran, bullyan dan cercaan. Padahal sebuah gagasan akan berguna jika diwujudkan. Rasa pesimisme politisi yang membuat gagasan- gagasan besar seperti mentok, banyak suara- suara sumbang muncul karena masalah yang permukaan tidak pernah menyentuh kedalaman.