Pemerintah Provinsi DKI yang terhormat,
Ketika muncul kebijaksanaan ganjil genap yang diperluas meliputi Jalan Juanda, Jalan Veteran, Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk, Pintu Besar Selatan, Gunung Sahari, kegelisahan institusi merebak, terutama masalah transportasi. Sungguh berat jika kebijaksanaan ganjil genap benar- benar diberlakukan.
Kendala kami adalah banyak orang tua siswa akan pikir- pikir menyekolahkan anak di sekitar jalan- jalan tersebut. Di sana berdiri sekolah- sekolah swasta yang cukup di kenal, Sekolah Santa Maria, Ursula, Penabur 1 dan 2, Gandhi, TK SD SMP YP IPPI, Bunda Mulia, Ketapang dan masih banyak lagi.
Jika orang tua mengambil keputusan untuk memindahkan siswanya ke tempat lain karena kendala ganjil genap tentu akan merugikan sekolah- sekolah swasta yang mengandalkan kuantitas siswa untuk tetap bisa bertahan dan tidak tutup akibat sedikitnya siswa yang lebih memilih sekolah di tempat yang aman dari ganjil genap atau sekolah negeri yang relatif lebih murah.
Kebijakan ganjil genap mungkin menjadi salah satu solusi mengatasi dampak polusi dan mensosialisasikan penggunaan moda transportasi umum. Tapi dampak ganjil genap sangat meresahkan bagi yang mempunyai ketergantungan terhadap transportasi pribadi untuk mempercepat sampai di lokasi.
Sekolah-sekolah swasta biasanya sangat disiplin masalah jam masuk. Banyak sekolah sudah memulai aktivitasnya sebelum jam 07.00 WIB. Kalau kebijakan ganjil genap diberlakukan ketakutan, kecemasan, kegelisahan itu muncul karena akan berpengaruh terhadap faktor psikologi siswa.
Sekolah sekolah yang terkena dampak ganjil genap sebetulnya merasa keberatan dan ingin ada kompensasi, ada perkecualian untuk orang tua yang biasa mengantarkan anak dan tiba tepat waktu di sekolah tanpa kendala.
Bagi pemangku kebijakan terutama pemerintahan DKI Jakarta. Mohon mempertimbangkan nasib sekolah- sekolah yang dikhawatirkan terdampak akibat kebijakan ganjil genap terutama masalah antar jemput siswa TK, SD dan SMP. Tidak menjadi masalah jika siswa SMA karena mereka sudah siap untuk menggunakan moda transportasi umum atau semacam ojol(ojek online).
Kelangsungan pendidikan sekolah di sekitar jalan yang menerapkan ganjil genap sangat mungkin akan menurun tajam. Dan satu persatu sekolah akan tutup karena kekurangan murid. Itulah kegelisahan sementara dari kami para pendidik, karyawan, yayasan dan pengelola sekolah yang mengandalkan jasa pendidikan sebagai basis untuk ikut mencerdaskan bangsa.
Bapak Gubernur, sebagai orang yang sangat mengerti pendidikan kiranya mempertimbangkan suara- suara praktisi pendidikan atau pelaku pendidikan. Kita memang harus berubah dan ingin kota ini lebih manusiawi dengan mempertimbangkan dampak dari asap kendaraan bermotor, mengurangi okupasi asap yang membuat kota tidak nyaman akibat banyaknya kendaraan pribadi yang berlalu lalang di ibukota. Tetapi di satu sisi sekolah- sekolah juga perlu akses mudah untuk sampai ke sekolah tanpa kendala. Dengan diberlakukannya ganjil genap itu sangat mengganggu aktifitas antar jemput.
Mohon kiranya sosialisasi ganjil genap ditinjau kembali, atau ada kebijakan yang perlu direvisi untuk mempermudah akses ke sekolah- sekolah yang berada di sekitar jalan yang disebutkan di awal paragraf. Kami tidak ingin menentang kebijakan yang tentunya sudah dipikirkan masak- masak oleh Pemprov DKI Jakarta tetapi ada pengecualian pada institusi pendidikan, sehingga orang tua murid nyaman menyekolahkan anak- anaknya ke sekolah kami tanpa kendala transportasi.