Sekitar 1990 an saya masih menulis menggunakan mesin ketik. Sebelum dalam tahap pengetikan sering saya buat draft dulu di buku folio. Dari cerpen tidak jelas, sekedar coret- coretan atau kegelisahan -- kegelisahan ketika aku baru saja putus asa ditolak cewek saat mencoba "nembak". Ketakutan, kecemasan, kegelisahan, perasaan sedih frustrasi terangkum lengkap dalam baris- baris, larik -- larik tulisan. Sesekali masih sering aku baca.
Bagaimana mengawali sebuah tulisan?
Ada tulisan amburadul yang saya temukan dalam coretan - coretan tulisan di awal saya menyukai kegiatan menulis. Sebab tujuan menulis dulu hanya sekedar mengeluarkan unek- unek, melampiaskan emosi hingga akhirnya tenang setelah selesai menulis.
Belum terbayang bahwa sekitar 30 tahun kemudian menulis di diari di buku itu hampir ditinggalkan orang- orang. Kini lebih banyak penulis, penggemar bacaan dan orang -- orang yang lebih suka curhat lewat menulis beralih ke blog pribadi.
Catatan- catatan itu bisa bebas ditulis dan bisa jadi menjadi sekumpulan tulisan yang akhirnya bisa diwujudnyatakan menjadi buku. Kecanggihan teknologi itu belum benar- benar terpikirkan. Coba saja sejak dulu sudah ada blog, ada catatan yang bisa disimpan secara digital pasti sudah ribuan tulisan hadir.
Sebetulnya pengalaman menulis itu sudah lama, tetapi saya merasa semakin sering menulis serasa semakin banyak hal yang harus dibenahi dalam hal teknik mengeluarkan ide atau memberi kekhasan bagi setiap tulisan yang muncul dan menjadi konsumsi publik.
Ada energy sendiri ketika menulis di secarik kertas, goresan itu serasa sebuah teriakan jiwa, merasakan tarikan- tarikan tinta menari- nari di atas kertas.
Laku jeritan jiwa begitu spontan keluar dan menjadi rangkaian kalimat spontan yang mungkin saja susah dibaca atau malah menjadi karya mengagumkan. Saya seperti melihat lintasan hidup masa lalu, Membaca tulisan- tulisan saya di buku folio itu seperti melihat sejarah hidup di masa lalu.
Banyak penulis sudah jauh melangkah dan menjadikan kumpulan tulisannya menjadi buku. Sampai saat ini saya masih belum berani mengetuk pintu redaksi pencetak buku untuk menahbiskan diri sebagai penulis. Saya masih belum apa- apa dan belum menjadi apa- apa.
Saya masih harus belajar bahkan pada para penulis pendatang baru yang baru menyukai dunia tulis menulis sekitar 2 sampai tiga tahun yang lalu. Sampai saat ini masih ada huruf yang tercecer, efektifitas kata yang banal dan masih sering membuat tulisan sekedarnya sehingga banyak pembaca bingung dengan maksud ungkapan tulisan saya.
Pengalaman Menulis memperkaya "rasa"