Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Mesti Hati-hati Memaknai Kata Atas Nama Rakyat

Diperbarui: 26 Mei 2019   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasional.kompas.com

Membanjirnya informasi instan dari media sosial portal berita di internet/ dunia maya mengharuskan masyarakat untuk membaca gelagat. Informasi apapun harus ditelaah bukan sekedar hanya dibaca sekilas lalu kemudian berbagi pada sesama netizen. 

Netizen harus pandai memilih berita dan mengendapkannya lebih dahulu baru mencernanya dengan jernih. Sebab banyak informasi yang datang itu bisa saja informasi dari tangan ketiga, keempat dan kurang bisa dipertanggungjawabkan nilai faktualnya. Netizen harus menelaah judul, isi dan kontennya agar tidak terjebak untuk menyebarkan berita- berita bohong yang membanjir di ruang berpikir kita yang hidup di jaman serba canggih ini.

Membanjirnya informasi dan Kurangnya Pengetahuan Literasi Masyarakat

Kecepatan informasi memang luar biasa, makanya pemerintah kerepotan memilah- milah informasi yang masuk dalam ranah informasi masyarakat. Ada banyak persepsi mengenai informasi. 

Jika masyarakat terbiasa menelan mentah- mentah sebuah berita tentu akan mudah terjebak dalam penggiringan opini bahwa berita itu benar dan akhirnya berita yang sebetulnya salah karena terus membobardir ruang informasi warga maka akhirnya dipercayai kebenarannya.

Para politisi sekarang pandai memanfaatkan kelemahan masyarakat. Begitu mudahnya mendapat informasi jadi tulisan apapun yang dibaca bisa jadi referensi dan akhirnya referensi itu dijadikan pijakan pola pikir masyarakat yang serba instan tersebut. Saya merasa sebagai penulis dan penyuka literasi mesti hati- hati menulis. 

Sebuah artikel yang saya tulis mesti melalui proses untuk melakukan kroscek fakta. Apapun kecuali fiksi fantasi yang mengharuskan saya merdeka menceritakan mimpi dan khayalan. Namun fiksipun masih harus mengandung misi pencerahan bukan hanya sekedar menulis namun bisa beranjak dari fakta yang disamarkan.

Membanjirnya informasi tidak disertai dengan giatnya masyarakat pada kegiatan literasi. Masyarakat tidak boleh menerima mentah- mentah berita sehingga artikel opini dipercayai sebagai sebuah berita. Kekritisan masyarakat pada berita yang membandang itu adalah PR besar yang harus segera dipecahkan. Kalau tidak masyarakat akan menjadi korban dari media- media yang belum tentu benar mengungkap fakta.

Perilaku masyarakat yang gampang termakan informasi bohong membuat kemelut dalam sebuah negara. Negara- negara Timur Tengah yang paling awal menjadi korban dan berita- berita hoax sehingga memecah belah mereka dan akhirnya muncul ketegangan, perselisihan, saling berperang antar saudara hingga hancurnya persatuan dan kesatuan negara karena perang berkecamuk tak kunjung berhenti.

Indonesia mesti waspada, sebab sudah ada skenario untuk mengadu domba, ada upaya untuk menurunkan tingkat keprcayaan pada pemerintah, melalui berita- berita yang memojokkan. Pemerintah dibuat kalang kabut sehingga ketika dari narasi kebohongan itu memuncak pasca pengumuman KPU ada pihak ketiga yang berusaha memperkeruh suasana. Sayangnya upaya memecah belah  masyarakat itu boleh dikatakan gagal.

Politisi dengan Strategi Menggiring Opini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline