Time is Money. Waktu adalah uang kata orang - orang yang sedang dikejar target untuk kejar setoran, hal hal lain seperti hobi membaca, hobi menulis dan hobi lain yang tidak produktif. Seorang sales pebisnis bisa dengan enteng mengatakan "menulis hanya buang- buang waktu saja". Pertanyaannya apakah menulis hanya kegiatan buang buang waktu saja?
Penulis dan Suara Nyinyir
Jika pernyataan itu ditujukan kepada penulis tentu saja penulis akan meradang. Jauh lebih bermanfaat jika waktu luang bisa dimanfaatkan dengan kegiatan positif seperti menulis. Apalagi jika ditujukan kepada penulis profesional yang hidupnya memang ditopang dari menulis.
Secara tidak langsung saya pernah disindir ketika dalam waktu luang saya sering memanfaatkan peluang itu dengan menulis. Apa sih gunanya menulis.
Tidak membuat kaya, malah sering buang pulsa karena ketika menulis dan mengupload tulisan butuh paket data internet. Bukankah banyak pekerjaan yang langsung bisa dirasakan ketika seseorang bekerja rewardnya adalah uang.
Menulis di blog seperti di Kompasiana misalnya. Lebih sering mengeluarkan modal daripada mendapatkan keuntungan. Maka ketika saya larut dalam hobi menulis ini banyak kerabat, teman, saudara yang tidak merespon positif. Sudah menulis ratusan tetap saja tidak menambah pundi - pundi uang dan malah larut dalam kesendirian bersama tulisan- tulisan yang kadang sepi pembaca, artikelnya segera lenyap tanpa respon positif pembaca.
Ujian Mental Penulis
Masih setia dengan menulis ketika tulisanmu hanya seperti angin lalu?Mampir sebentar lalu hilang ditelan bumi. Beruntung jika nangkring di kolom Artikel utama atau kolom populer keterbacaannya tinggi. Jika hanya puluhan yang membaca ngapain susah - susah menyediakan waktu hanya melakukan kegiatan yang tidak menghasilkan keuntungan.
Nah serangan - serangan kata- kata nyinyir inilah yang sering membuat penulis jatuh mental. Lalu kendor dalam menulis hingga akhirnya kapok menulis.
"Betul khan menulis itu hanya buang- buang waktu, percuma tidak memberi efek pada kehidupanmu sehari hari!". Sakit benar seorang penulis jika dikatakan begitu. Tetapi itulah bagian dari ujian. Seorang yang suka menulis harus tebal telinga, tebal muka menghadapi orang orang yang nyinyir yang menganggap kegiatan literasi hanya buang- buang waktu saja.
Menulis itu adalah sebuah proses bagi seseorang untuk menjadi bijak. Sabar kuncinya Tantangan di sekitar banyak, suara- suara sumbang tentang menulis pasti banyak, serangan- serangan untuk meruntuhkan mental penulis muncul dari berbagai sisi. Bahkan penderitaan menjadi teman setianya mengarungi kegiatan yang kental dengan kesunyian tersebut.