Menjelang pilpres dan jika serius mengikuti isu --isu otak yang waras bisa menjadi "gemblung". Bayangkan semua bisa diotak atik gathuk hingga menjadi gorengan aneh bin koplak. Penganut agama seperti diuji dengan berbagai isu yang meresahkan. Munculnya trauma masyarakat akan simbol salib yang muncul di Solo ( trotoar jalanan ).
Maksud hati dari Pemkot Solo untuk menambah estetik kota ditanggapi berbeda oleh warga(ormas) yang dari awal memang ketakutan pada simbol - simbol agama. Salib seperti simbol menakutkan. Sementara bagi pemeluk Kristiani adalah lambang sakral. Salib adalah lambang pengorbanan, penderitaan karena iman.
Lambang Salib mengingatkan pada pejuang pembela iman Kristiani yang sering harus berakhir di kayu salib dengan penderitaan luar biasa, dipermalukan, dianggap penjahat, karena keteguhan iman.
Yesus menjadi tokoh utama yang harus mati dengan cara mengenaskan. Disiksa, dicemooh, dibiarkan sakit hingga akhirnya di salib. Salib itu lambang penghinaan. Tetapi salib juga merupakan pengingat bahwa sm setiap orang yang percaya pada Kristus harus rela menderita mempertahankan imannya meskipun beban salib diharus dipanggulnya.
Dalam era modern ini salib hanyalah simbol untuk mengingatkan betapa banyak godaan yang datang dari orang- orang yang berusaha menegakkan keimanannya. Godaan itu berupa rayuan untuk bisa melangkah meraih jabatan tinggi tetapi harus mengorbankan keimanannya. Godaan melakukan korupsi sementara iman tidak membolehkannya.
Jika umat Muslim ketakutan akan simbol - simbol salib, sebetulnya salah. Apakah dengan adanya gambar salib akan mengurangi keimanan umat.
Apakah mereka lantas goyah hanya karena melihat Salib di pelataran, di tempat umum? Tentu mereka terlalu terseret dalam isu- isu yang dibangun oleh buzzer di media sosial yang membuat umat beragama saling curiga.
Malah Seharusnya Umat Kristiani merasa tersinggung karena simbol agamanya ditempatkan tidak semestinya hanya menjadi tempat injakan.
Saya tidak akan mengulasnya dengan serius, kalau artikel seriusnya sudah dibahas oleh Pastur Bobby Steven MSF. Kalau serius saya bisa dilempari batu oleh yang suka berpikiran jarak pendek. Karena arah artikel ini sebetulnya sudah dibahas lengkap olehnya Romo saya menyebutnya Romo Bobby yang kompeten karena beliau adalah Rohaniwan Katolik.
Saya bicara awam saja sesuai kadar pengetahuan saya. Saya tinggal di daerah padat penduduk di Cengkareng. Diseputaran saya masjid dengan suara azannya, serta pengajian- pengajian akrab di telinga. Di kompleks baru saya sering diundang untuk mengikuti tahlilan dan doa- doa secara Muslim. Di TV sinetron- sinetron, acara- acara religi begitu banyak hadir dalam ruang, tidak ada celah untuk melakukan upaya kristenisasi.
Lalu mengapa banyak ormas Islam perlu membentuk organisasi membela Islam. Bukankah semua kesempatan untuk meluaskan syiar agama sudah tersedia. Kalau kini terselib simbol salib yang secara tidak sengaja terlihat apa pengaruhnya.