Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Prosa: Penderitaan Itu Tuntas Saat Selesai Menulis

Diperbarui: 4 Januari 2019   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penderitaan serasa selesai setelah tuntas menulis (bookstr.com)

Betapa merindumu saat terjangan pekerjaan begitu menyita waktu. Serasa bosan mengikuti alur waktu yang terasa lambat, aku ingin segera menemu waktu, berbagi kata dan berbagi cerita. Ah betapa menderita jiwaku, betapa hasrat itu membuat waktu seperti perjalanan siput menembus belantara hutan. Sampai kapan ada waktu bisa menggoreskan luka- luka bathin atau hasrat pengetahuan yang lama terpendam. Kau serasa mendekat, serasa pula menjauh. 

Tanganmu melambai, apalagi saat ada lintasan ide tiba- tiba datang mengoyak konsentrasiku dalam bekerja. Ingin kutinggalkan semua pekerjaan khusus hanya untukmu, tapi kalau aku meninggalkanmu aku akan dikutuk keluargaku karena tidak serius menafkahi. Bagaimana bisa mengepulkan asap di dapur bila kau lebih suka mencumbu tulisan seperti tidak ingat akan lingkungan sekitarmu. Kau hanya ingat hasrat, libido dan lompatan imajinasi yang bergeletaran. Kalau sudah bisa menghasilkan sih tidak masalah. Tapi tahukah kau gelar hasratmu hanya karena kau suka bukan ingin menjadikan ia sebagai mata pencaharian. 

Alih- alih menghasilkan kadang keluargamu harus menderita karena terlalu obsesif, kau seperti trance, lupa segala-galanya termasuk tugas utamamu. Ah.. Aku tahu kau memang sudah memimpikan untuk selalu bersama dalam suka maupun duka... aku tahu jika hasrat tersalurkan dirimu merasa lega... seperti lepas dari penderitaan. Itu kamu. Bukankah kau bukan hanya didup untuk dirimu sendir.

Ada istrimu, ada anakmu yang masih perlu susu... mana buku yang kau janjikan, mana royalty yang mesti dihadiahkan pada keluargamu. Apakah kau hanya puas membaca ulang ratusan tulisanmu di media sosial, sudah puas dibaca oleh ribuan pembaca tetapi keluargamu menangis kekurangan asupan gizi.

"Teman... penderitaan itu selesai setelah aku menuntaskannya.."

"Tapi kau juga menderita mendapat omelan."

"Itu sudah resiko menjadi menekuni duniaku ini"

"Tapi keluargamu khan hanya kenyang pada pujian..."

"Nanti pasti mengerti..."

"Mengerti mbahmu!?"

Cobalah kau mengerti untuk bisa meraih kesuksesan butuh perjuangan dan penderitaan tidak sedikit. Aku tahu penderitaan akan dialami untuk bisa meraih sebuah kesuksesan. Sabarlah, sedikit lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline