Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Toleransi dan Intoleransi dalam Relasi Antar Agama

Diperbarui: 25 Desember 2018   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natal dalam suasana Toleransi antar agama ( liputan6.com)

Persoalan toleransi saat ini memang menjadi bahasan cukup sensitif. Sensitif karena ada sementara pendapat bahwa toleransi amat penting untuk kehidupan di mana perbedaan suku bangsa, agama, ras, budaya menuntut pengertian untuk saling menghormati perbedaan yang ada. Dan dengan toleransi tentu akan menjaga dari perselisihan, pergesekan, pertikaian apalagi sampai bunuh membunuh karena beda dalam sudut pandang tiap individu. Sedang yang menganut kepercayaan radikal menganggap toleransi hanyalah memberi angin segar pada agama lain untuk berkembang dan mengancam kepercayaan mereka.

Agama yang Sering Memicu Perselisihan

Yang mengemuka saat ini dan sensitif adalah masalah agama. Minoritas dan mayoritas terlibat dalam perselisihan. Yang mayoritas berhak mengatur yang minoritas, yang minoritas merasa tertekan dengan dominasi mayoritas yang tidak memberi kesempatan untuk beribadah dengan bebas. 

Padahal dalam setiap relasi sosial budaya perbedaan keimanan itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah bagimana setiap individu mampu berbaur dan bekerja sama semisal gotong royong, bersama melakukan kegiatan budaya yang berhubungan dengan akal dan kreatifitas.

Manusia itu sesungguhnya homo socius, manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Dalam keberbedaan manusia saling mengisi, saling melengkapi. Keimanan dan kepercayaan pada agama itu masalah hati, tanggungjawab individu dengan Allah, tanggungjawab manusia dengan Maha Penciptanya. Hubungan antar manusia sudah tentu melibatkan komunikasi antar individu. 

Jika setiap individu terpagari oleh rasa fanatisme karena berbeda agama maka komunikasi menjadi kaku, tidak ada chemistry, bahkan merasa harus curiga takut tidak sepaham dalam hal memandang baik buruk masalah.

Yang menonjol sekarang ini adalah karena keyakinan persahabatan, pertemanan terkotak- kotak pada golongannya saja, pada komunitas yang sealiran. Bahkan sekarang karena perbedaan pilihan politik terjadi perang opini, saling memaki, saling mencaci dan persekusi. Ketika intoleransi meningkat maka apapun kerjasama yang ditawarkan untuk maju akan selalu mendapat tanggapan negatif karena ada perasaan curiga dan tidak percaya pada orang lain yang tidak sepaham, seidiologi.

Pemahaman agama yang dangkal sering memicu Intoleransi

Saya pikir karena pemahaman agama saya yang masih dangkal kadang terbawa oleh emosi sesaat untuk mencurigai teman yang mempunyai pemikiran sedikit radikal. Kadang menjadi tidak enak hati ngobrol  dengan teman yang dalam keseharian sudah menampilkan identitas diri dalam hal memakai baju, penampilan fisik yang mengesankan agamis.

Kejengahan itu  berpengaruh langsung terhadap kehati- hatian dalam berbicara. Suasana menjadi kaku dan terlalu formal. Padahal toleransi menuntut untuk membiarkan orang lain dengan identitasnya sendiri. Dalam hubungan sosial tidak perlu harus emmbatasi diri karena ada orang yang seakan menutup diri dengan membungkus dirinya dengan identitas keagamaan yang kuat.

Relasi Agama Baik Baik Saja di Kehidupan Nyata

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline