Para petualang politik, penebar hoax, pengeteng artikel-artikel dengan referensi minim. Anda tidak perlu harus menggoreng bencana, menghubung-hubungkan dengan pilpres, atau mengaitkan dengan konstalasi politik yang semakin memanas sejak masa kampanye sampai saatnya menentukan pilihan pemimpin bangsa dan wakil rakyat.
Indonesia adalah daerah dengan resiko bencana yang besar. Dari Aceh menyusur ke Pulau Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat bergeser ke Sulawesi Maluku menuju Papua.
Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik yang kalau di garis membentuk gambar seperti tapal kuda. Indonesia khususnya di Sumatra Jawa Bali Lombok yang dilalui garis terdampak aktifnya gunung api aktif serta banyak patahan-patahan , lipatan, lekukan bumi. Dalam bahasa kerennya ada dua gerakan tektonik. Kedua jenis gerakan itu yang pertama adalah gerakan epirogenetik dan satunya adalah gerakan orogenetik.
Gerakan epirogenetikpun terbagi lagi menjadi dua yaitu epirogenesa positif dan gerakan epirogenesa negatif. Epirogenesa positif mengarah ke bawah. Gerakan itu menyebabkan daratan turun. Bahasa ilmiahnya yang terjadi adalah permukaan laut seolah-olah naik. Sebaliknya dengan istilah epirogenesa negatif. Gerakannya cenderung naik, tetapi gerakan itu menyebabkan daratan naik dan permukaan laut seolah-olah turun.
Peristiwa gempa bumi disertai tsunami di Donggala Palu Sulawesi Tengah itu mengagetkan Indonesia. Belum selesai masalah Lombok sudah disusul dengan gempa yang berasal dari patahan Palu Karo yang berupa patahan mendatar ini menimbulkan gempa hingga skala magnitude 7,7. Tsunami terjadi karena adanya getaran kuat yang menyebabkan adanya longsoran ke bawah laut pada lereng kritis, terutama pada pinggiran paparan laut curam. Menurut keterangan dari Rovicky Dwi Putrohari (Dewan Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia) longsoran inilah yang menyebabkan Tsunami. (sumber Berita dari CNN)
Sebagai masyarakat yang hidup di jalur rawan ketika bencana muncul tidak elok jika ada upaya melempar tanggungjawab. Semua adalah tanggungjawab bersama. Kita tidak pernah tahu kapan itu bencana datang. Yang jelas gempa, gunung meletus, longsor, banjir, badai selalu menjadi teman akrab yang bisa tiba-tiba datang menyapa tanpa permisi.
Yang penting manusia yang menghuni daerah rawan bencana harus selalu siap dan sigap andai saja tiba-tiba datang peristiwa yang tidak diharapkan. Tidak perlu dihubung-hubungkan dengan peristiwa mistis.
Alam Indonesia itu memanjakan manusianya cuma manusia saking girangnya menjadi lupa diri bahwa membangun rumah, merencanakan kehidupan dan planning masa depan tidak menyertakan resiko bencana.
Padahal jelas- jelas hidup dijalur patahan, cincin api. Gunung berapi memberikan penghuninya tanah subur, tetapi ingat masyarakat juga tetap harus waspada bahwa kadang gunung aktif sering memberikan shock terapi. Bisa tiba-tiba lewat tanda-tanda alam. Tapi kadang mendadak tanpa permisi(wow kok jadi menggurui maaf hehe).
Barangkali karena banyaknya patahan di lempeng bumi menyebabkan kadang mantan pemimpin juga gampang patah semangat mengikuti gejolak politik, ngambek dan merasa ditinggal. Nah ini paragraf ngelantur dari penulis sekedar intermezo dan menghibur diri.
Para politisi tuluslah menghadapi bencana dengan tanggap darurat, mari bersama- sama menyumbang tenaga pemikiran tanpa perlu memelintir suasana sehingga tampak seakan-akan pemerintah telah gagal menolak bencana. Jangan baper sebab bagaimanapun tidak ada yang perlu dikambinghitamkan.