Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Tidak Ada Salahnya Menjadikan Asian Games 2018 sebagai Pencitraan Bersama

Diperbarui: 26 Agustus 2018   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antusiasme Presiden Jokowi dan istri menonton pertandingan Final Bulu Tangkis Antara Indonesia dan China (tribunnews.com)

Opening Ceremony Asian Games 2018 mendapat pujian luar biasa. Indonesia dipandang mampu menghadirkan energi positif kepada dunia. Indonesia sukses besar menghadirkan pembukaan yang menghibur dan memukau.

Apalagi Presiden Joko Widodo juga menjadi bagian dari pembukaan tersebut dengan ikut menjadi aktor utama dalam film pendek garapan Wishnutama Kusubandio.

Opening itu sempat menjadi trending topic di Twitter. Di Facebook pun kesan positif mengalir deras. Intinya Indonesia sukses menghadirkan upacara pembukaan kelas dunia.

Kebetulan event Asian Games itu berdekatan dengan Pilpres 2019. Bagi sebagian oposisi, Asian Games dinilai sebagai "pencitraan" petahana.

Jokowi dinilai memanfaatkan ajang kompetisi olah raga terbesar Asia itu untuk mengambil simpati kaum milenial. Ketika dunia menyoroti positif upaya Indonesia menghadirkan jamuan Asian Games yang dahsyat, oposisi seperti tidak terima dengan kenyataan.

Mereka mencari sisi lemahnya, di antaranya membuat kontra pendapat dengan menggulirkan isu bahwa pemerintah tidak serius mengurusi bencana di Lombok. Aksi Jokowi itu mengajarkan anak muda untuk kebut-kebutan, atau aksi stuntman Jokowi itu mengajarkan ketidakjujuran.

Sebab Jokowi yang dalam klip garapan Wishnutama itu tidak memerankan sendiri. Mereka menilai aksi Jokowi yang terkesan heroik itu mencederai masyarakat Jakarta yang menampilkan kesemrawutan, kemacetan.

Layaknya politisi mereka menggali kelemahan --kelemahan pemerintah yang terlalu menghambur-hamburkan uang rakyat. Mereka menilai lebih baik disalurkan ke orang-orang miskin yang terkena dampak kenaikan harga, kenaikan tarif dasar listrik dan makanan pokok.

Politisi berdalih bahwa penyelenggaraan tidak harus wah, sederhana tapi mengena, kalau perlu tidak lebih dari 100 juta, sisanya disumbangkan ke daerah bencana.

Saya yang sering membaca komentar netizen di medsos ini rasanya ingin ngakak guling-guling, salto, dan koprol. Tetapi apa daya sudah tidak muda lagi. Ada-ada saja komentar netizen, politisi, dan orang yang ingin mendapat simpati masyarakat

Kenapa tidak Pencitraan Bareng?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline