Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Bahasa Visual Pameran "Social Organism" Hafiz Rancajale

Diperbarui: 7 Juni 2018   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katalog pada pameran Social Organism diambil dari karya berjudul Pada Teks Yang Bersuara (foto oleh Joko Dwi)

"Seni tidak mungkin membawa perubahan. Perubahan hanya bisa dicapai oleh Pendidikan. Dan seni menjadi sarana pendidikan itu"  

Agak susah penulis memahami bahasa dalam katalog Social Organism Hafiz Rancajale. Yang jelas ini adalah karya visual Hafiz ketika mencoba memahami tentang seni visual  90 an, era setelah melewati masa reformasi. Boleh dikatakan menurut pemahaman penulis adalah adalah era seni lukis modern. Ada yang berbentuk instalasi. Campuran antara pameran drawing, video instalasi, dan karya-karya seni rupa yang memerlukan konsep yang kuat. 

Goresan-goresan ritmis Hafiz mengantarkan penikmat seni pada sebuah performance seniman komplit yang bisa mendekatkan seni visual sebagai sebuah produk videografi, Filem, performance(drama visual) dan goresan-goresan pen yang memerlukan kesabaran tinggi untuk menjadikannya sebuah karya.

Penulis jadi teringat ketika mengajarkan anak bagaimana memancing ketrampilan menggambar dengan goresan-goresan coretan-coretan garis yang berulang-ulang. Dan perulangan garis itu lama-lama akan membentuk karya seni yang unik. Kebetulan sebagai guru gambar saya menyukai seni drawing.

Cerita Visual Seni Rupa Modern

Karya Hafiz boleh dipahami sebagai seni abstrak. Gambar sampul katalognya diambil dari karya drawingnya berjudul "Pada Teks Yang bersuara"Garis-garis ritmis horizontal. Garis --garis pendek teratur seperti irama musik atau sebuah tanda dari detak jantung yang rapi dan teratur berdetak. Garis-garis merah itu menjadi sebuah gambar karya seni visual yang bisa direnungi sebagai karya visual. 

Ketika menjadi sebuah karya penikmat seni paling tidak sudah mempunyai bekal bahwa sebuah proses kreatifitas memerlukan beberapa  latar belakang yaitu memahami teks sejarah terutama peristiwa semacam perubahan dari Orde baru ke masa reformasi. 

Ada kegagapan kebudayaan, ada perubahan dalam lingkup organisasi sosial sehingga mengubah konteks seni dari sekedar rutinitas berkarya seniman menjadi sebuah pemberontakan, pembebasan berkesenian dan pemahaman baru tentang kebudayaan. 

Pada peristiwa reformasi atau jejak sejarah yang membuat orang-orang perlu mengubah persepsi bagaimana memandang aktifitas seni penuh kebebasan. Ada era booming lukisan ada era di mana seni visual memelkukan teks dan konsep yang jelas dan ada era di mana seni instalasi, video, performance art mendapat tempat dalam khasanah karya seni rupa.

Bahasa Tutur Visual

Dari tutur bahasa Hafiz penulis melihat ada sebuah tekad dari si seniman untuk menjembatani bahasa-bahasa yang tidak terkatakan dari masyarakat untuk diwujudkan dalam bahasa visual. Penulis sendiri terus terang perlu membaca berulang-ulang tulisan Mahardika Yudha sang kurator pameran ini dan khususnya wawancara antara Hafiz Rancajale dengan sahabatnya Heidi  Arbuckle Gultom. Dalam Pameran Hafiz ia tidak sedang memamerkan karya diri sendiri selayaknya  Seniman berpameran tunggal. Ia mengorganisir teman-temannya dalam organisasi. Forum Lenteng. Ia menjadi penggagas dan teman-temannya aktif mengaktualisasi gagasannya. Karya seni bukan lagi karya individu tetapi sebuah narasi bersama. Pameran tunggal telah selesai ia menghadirkan diri sebagai sosok kolektif yang memberi kesempatan teman-temannya ikut hadir dan nimbrung dalam sebuah kebersamaan berkarya. Hafiz aktif  dalam memproduksi filem-filem pendek, proyek-proyek film bertaraf nasional dan internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline