Di Buka Oleh Hendardi Direktur Setara Institute
Balai Budaja(Balai Budaya) yang terletak di Jalan Gereja Theresia No.47, RT.7/RW.4, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat dengan terbuka menampung gelegak berkesenian seniman dari berbagai aliran. Syahnagra Ismail, Pengelola Balai Budaja Jakarta antara lain menekankan pentingnya ekspresi seni di tengah kehancuran moral bangsa terutama politisi yang sering meninggalkan etika, adat kesopanan dan mengabaikan suara rakyat. Seniman sering digambarkan luntang-lantung tidak punya pekerjaan. Lebih sering kumpul-kumpul dan terkesan tidak bekerja padahal seniman adalah pekerja keras.
Mereka adalah pengritik yang handal dan sering melahirkan kejutan-kejutan yang memberi sumbangsih pemikiran untuk kemajuan bangsa. Seniman berkarya menunjukkan kepeduliannya terhadap situasi sosial politik melalui karya-karya yang memikat, dengan bahasa visual tidak perlu teriak teriak demo di jalanan cukup menunjukkan karyanya dan memberi masukan dan kritik lewat karya lukisnya.
21 Februari 2018 Balai Budaja Menampung hasrat Alumni UNJ(Univesitas Negeri Jakarta)Jurusan seni rupa dari berbagai angkatan. Ada 15 alumnus Pendidikan seni rupa UNJ yang berpartisipasi Diantaranya adalah Ajul Jiung(Tubagus Tazul Arifin), Andi Suandi, Casjiwanto, Edo Abdullah (Abdullah Lahdji), Enok Tuti Asri, Ireng Halimun, Jan Praba, Kin Kin, Kembang Sepatu (Setyo Purnomo), Sahuri, Sri Robustina, Syafrudin, Tri Sabarisman, Yusuf Dwiyono, Zainal Sutanto, mereka mampu memanfaatkan media sosial secara positif membangun kerja sama dan sepakat untuk pameran bersama.
Pameran Reposisi Soul Power Sinergy di buka oleh bapak Hendardi Ketua Setara Institute. Dalam sambutannya Bapak Hendardi mengatakan antara lain perupa atau pelukis mempunyai tanggungjawab moral untuk menyemburatkan nilai-nilai universal seperti kesetaraan, kerukunan perdamaian, hak asasi manusia, Itu tercermin dalam semburat cat warna di atas kanvas. Hidup yang penuh warna itu memberikan gambaran bahwa agma, etnis, strata sosial semuanya menyatu dalam harmoni yang penuh makna.
Reposisi menurut Hendardi adalah menempatkan kembali sesuatu pada posisi semula. Berangkat dari tema pameran Hendardi berharap pameran lukisan dapat menjadi oasis bagi kering kerontangnya kasih sayang sesame manusia.
Pameran Sebagai Penyeimbang Ujaran Kebencian yang marak di Media Sosial
Pameran berlangsung dari tanggal 21 -- Februari sampai 28 Februari 2018. Jakarta sebagai metropolitan yang tengah terluka oleh desas-desus, perpecahan karena ujaran kebencian, Pilkada yang baru saja berlangsung, memerlukan lebih banyak masukan dari seniman untuk menumbuh kembangkan kesenian di tengah serbuan pengaruh radikalisme agama, liberalisme dan globalisasi yang memberi efek buruk terhadap turunnya nilai nilai moralitas, semakin tidak pedulinya manusia terhadap karya seni anak bangsa sehingga melahirkan generasi apatis.
Seniman bergerak untuk memperbaiki ketimpangan itu lewat jalur budaya. Seniman mencoba menempatkan kembali peradaban pada posisi semula. Dalam pengantar Pameran Andi Suandi yang aktif melukis abstrak melempar gagasan bahwa dunia seni adalah manifestasi menarik dari tegangan relasional semacam itu, jika dicermati dari rasa getirnya kehidupan terhadap penyatuan dengan ala mini yang menimbulkan perenungan-perenungan yang mendalam untuk jiwa bagi setiap insan seni yang bergelut dan bergerak dengan seninya. Masalah seni adalah manifestasi dari apresiasi , kreasi dan ekspresi suatu gagasan dan emosi yang tidak terlepas dari nilai, norma dan etika.
Ireng Halimun sebagai koordinator pameran menggambarkan di tengah kemeriahan kegiatan seni rupa di Indonesia para peseni tetap memiliki tanggungjawab dalam mempertahankan atau menggairahkan kegiatan seni rupa tersebut. Pameran dapat menjadi sambung rasa, sambung pikiran yang menyatukan alumni menjadi data base dan tidak menutup kemungkinan memperkuat organisasi alumni, dan kemungkinan yayasan bagi para alumni.
Jakarta menjadi tempat seniman memaksimalkan energi berkeseniannya dengan tumbuh kembang galeri, pameran-pameran karya seni yang secara regular dan rutin mengisi ruang ruang kreatifitas seniman menggulirkan idenya. Perkembangan pameran yang marak saat ini semoga diimbangi dengan apresiasi masyarakat terhadap karya seni yang semakin meningkat.