Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Mencintaimu Itu Berat Sri

Diperbarui: 12 Februari 2018   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pekanbaru.tribunnews.com

Sawah membentang sepanjang perjalanan Bambang menuju Sekolah. Aspal  kasar  dengan  jalan yang banyak lubangnya semakin membuat perutnya mual. Kalau boleh memilih mendingan jalan kaki daripada naik angkutan butut yang jalannya kayak setan, jalan berbelok disambar saja membuat perut seperti di kocok- kocok. Bambang memutuskan berdiri tepat di pintu angkot. Angkot itu istilah kota Bambang belum kenal istilah angkot yang ia tahu naik Kol  (Colt T yang dimodifikasi dengan diberi rumah-rumahan terbuat dari terpal plastik) merek milik Mitzubishi.Itu angkutan legendaris zaman dulu yang masih mendominasi  tahun 1990 - an. Anak SMP dan SMA malas duduk di dalam lebih suka nggandul(menggelantung) di belakang. Dengan sok gagah mereka hanya mengandalkan satu tangan. Begitu juga Bambang anak SMA yang sepanjang sekolah jarang membawa tas. Modalnya hanya buku yang di selipkan dikantong celana belakangnya.

Bambang Anak SMA  IPS di sebuah kota kecil di Magelang. Sedang naksir Sri anak Biologi. Kebetulan  rumahnya tidak jauh hanya sekitar  5  kilo meter kalau istilah orang gunung hanya berjarak sapuntukan gunung, atau  sakplintengan(sejauh lontaran ketapel). Hampir setiap hari selalu bareng naik kol T. Sri yang selalu duduk di pojok  kanan Kol T menjadi incaran Bambang. Bambang menggambarkan sosok Sri itu gadis manis berambut  sepinggang,  mempesona seperti  artis Widyawati yang ia lihat di TV. Mengapa tidak Meriam Bellina yang cantiknya super, atau Yessy Gusman yang lembut.  Bagi Bambang kecantikan Widyawati itu tidak pernah membosankan melihat Sri  ia seperti melihat Widyawati.  Ia gambarkan dirinya seperi Sophan Sopian (ndeso).

Bambang selalu mencuri perhatian dengan melirik Sri, sedangkan Sri benar- benar muak dengan segala tingkah Bambang. Tas Sri hasil jahitan sendiri bahannya dari bagor gandum cap segitiga. Dijahit dengan mesin jahit manual merk Butterfly.  Untuk ukuran dulu apalagi pelajar desa yang belajar ke kota ya sudah cukup mewah. Bukunya merk pabrik lokal PN Blabak warna biru tua. Dua tiga buku sudah cukup untuk mencatat pelajaran dari guru. Bambang adalah pelajar SMA awal 1990 an. Belum ada telepon  apalagi HP. Bahkan tidak pernah terbayangkan suatu saat akan muncul benda kecil yang bisa saling ngobrol atau nembak atau mengungkapkan rasa cinta.

Jangankan agresif, paling ia hanya berani mendekati Sri dengan melirik saja. Dan Bambang bertekat akan membuat surat cinta yang ia titipkan pada Heni teman Sri.  Tulisan Bambang tidak jelek-jelek amat, kata-kata Bambang sering diambil dari syair-syair karya  penyair  era 80 an semisal Emha Ainun Nadjib dan WS Rendra. Ia sering membaca karya Chairil Anwar, Chairil Anwar dan Umbu Landu Paranggi, presiden syair waktu itu.

Sayangnya Sri tidak suka pada sosok seperti Bambang ia lebih suka  Sukoco, Anak SMA IPS yang suka menyendiri  dan terlalu pemalu. Padahal wajahnya lumayan tampan dan  prestasi akademiknya  menonjol. Ia risi pada Bambang yang sok perhatian tapi keberanian  Bambang membuat Sri penasaran.Ia biarkan Bambang pecicilan di sampingnya.

"Hai, Sri aku duduk disampingmu ya..." Wah pendekatan gaya jadul.

Sri hanya menjawab "Hemmm"

"Sri...?"

"Apa...jauh dikit dong...kamu tadi mandi nggak sih?"

"Hehe...belum sempat nanti saja di sekolah..."

"Jorok amat...jangan --jangan kamu tidak sikat gigi ya..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline