Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Masa Bulan Madu Sudah Selesai, Saatnya Anies-Sandi Tancap Gas

Diperbarui: 26 Januari 2018   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Tribunnews.com

Masa seratus hari sebetulnya tidak relevan untuk menilai apakah sebuah pemerintahan dikatakan berhasil atau tidak. Banyak orang menggantungkan tinggi-tinggi  harapan pada pemerintahan baru. 

Seperti Pengantin baru yang mendambakan kemesraan akan terjadi selamanya sepanjang hidup bersama pasangannya. Tapi ketika masa bulan madu berakhir setiap pasangan hidup harus mulai realistis, membangun kehidupan di atas perbedaan. 

Masa- Masa Perkenalan

Sang pengantin semakin mengerti bahwa tidak ada yang sempurna  seperti yang ia banyangkan semula. Mulai ada Pernik-pernik masalah, mulai ada pergesekan, mulai ada tuntutan yang semakin hari bukannya semakin ringan terapi semakin berat. 

Setiap pasangan hidup merasakan betapa mulai kelihatan kebiasaan-kebiasaan dari  mereka yang membuat muncul perasaan aneh, tapi kemudian harus dimaklumi karena mau tidak mau dari awal sudah berkomitmen bersama maka tentu harus menyingkirkan kejengahan dan meleburkan kelemahan dan kelebihan dalam satu biduk rumah tangga. 

Mulai ada sumpah serapah dalam hati, mulai kelihatan  bahwa tidak mudah mengayuh perahu ketika belum ada kesamaan kata. Atau kesamaan irama, kesamaan arah . Jika tidak mudah jika dalam satu perahu satu sama lain malah sibuk menentukan arah masing-masing. Yang satu ingin ke utara, yang satu ingin ke timur atau selatan.

Jika dalam komitmen awal sudah tercapai kesepakatan untuk melakukan pembagian tugas, ketika dari awal sudah merencanakan outline kebersamaan dan rencana  ke depan tentu akan lebih mudah menentukan rencana  selanjutnya. 

Tapi ketika  memilih pasangan hanya berdasarkan kecantikan fisik semata  atau karena kekuatan luar yang memaksa untuk bersatu, tentu akan siap-siap menuai badai masalah. Ilustrasi itu menjadi pembuka untuk mencoba melihat rekam jejak Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Uno.

Penulis  tidak sepintar kedua tokoh pemimpin puncak DKI. Bahkan untuk membayangkan bisa menjadi gubernur Jakarta saja tidak sanggup. Tapi bagaimanamun penulis mempunyai mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan perasaan untuk merasakan perbedaan kepemimpinan pada setiap rezim. Semua bisa dirasakan dari langkah awal pemerintahannya. 

Dari pengamatan  penulis pemerintahan Anies  Rasyid Baswedan  dan Sandiaga Uno (ABSU: agak jengah jika membuat singkatan ASU karena pembaca akan merasakan berbeda  mungkin malah ada yang tersinggung gara-gara singkatan tersebut)

ABSU mulai pemerintahan dengan berjalan di atas bara isu. Awal pemerintahan penulis mencatat banyaknya rencana-rencana terkait anggaran yang menimbulkan polemik di masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline