Batik Sebagai Identitas bangsa
Sepertinya banyak manusia berpikiran aneh akhir-akhir ini. Keanehan itu terlihat dengan banyaknya diskusi di media sosial tentang batik, baju gamis, agama, kebudayaan, ormas-ormas radikal serta utak utik keimanan keimanan antar manusia. Lucu jika batik direndahkan dan disebut sebagai produk luar. Secara desain batik memang banyak kesamaannya dengan produk luar. Berbagai ragam hias yang ada hampir mirip dengan ragam hias. China, Arab, Amerika Latin, India, Malaysia, Thailand.
Nama Batik sendiri sebetulnya sudah identik dengan salah satu daerah asal yaitu jawa. Batik adalah singkatan amba dan tik. Amba berarti menulis sedangkan tik berasal dari kata nitik atau membuat titik.
Jadi batik itu perpaduan dari lukisan di atas kain dan titik-titik adalah ciri khas batik itu sendiri. Menurut sejarah batik sudah ada sejak jaman Majapahit. berkembang pesat lagi di abad XVII, terutama di kalangan kraton (Yogyakarta dan Surakarta). Batik amat erat hubungannya dengan kegiatan para puteri dan abdi dalem, Mereka membuat kain batik untuk dipakai sebagai baju dan jarik(bawahan). Berbagai motif batik tergantung dari pengaruh lingkungan. Umumnya keraton membuat batik sebagai simbol keagungan, kewibawaan, identitas kebangsawanan. Proses membatikpun kadang masih disertai dengan puasa, mati raga dan laku ritual lainnya untuk bisa menampilkan batik sebagai bagian dari adat, tradisi dan bagian kebudayaan.
Batik bermacam-macam ada batik pedalaman yang didominasi warna coklat, atau warna-warna sogan Corak warnanyapun tidak semeriah batik pesisiran yang bisa menyertakan banyak warna. Motif-motif batik pedalaman semisal parang(parang kencana, parang rusak), kawung, Sido Mukti, Sido Luhur, Sekar jagad, Cuwiri, sudagaran.Banyak makna terkandung dari berbagai motif batik tersebut. Sekar jagad misalnya mempunyai arti kecantikan, keindahan. Sekar itu bunga sedangkan jagad itu adalah dunia. Batik Sekar jagad itu melambangkan keindahan, kecantikan. Banyaknya motif dan ragam batik itu menunjukkan keberagaman, kekayaan budaya, kekayaan seni serta intelektualitas penciptanya.
Proses membatik secara tradisional jarang ditemukan di negara lain. Penggunaan malam, canting, pewarna alami ( kunyit, daun jati, soga tingi, Soga tegeran, soga jambal, biji kesumba, daun indigo) dan buatan seperti naptol, indigosol, wantek. Proses membatik yang rumit dan butuh kesabaran memetik hasilnya(terutama saat menutup lukisan dengan lilin(malam ), pewarnaan, pelorotan malam dan akhirnya mengunci warna.
Kalau ada orang yang mengejek tentang batik sebagai produk luar dan bukan identitas Indonesia sungguh memprihatinkan. Masih ada orang Indonesia yang berpikiran picik hanya karena ideologi dan pikiran sempit tertutup oleh fanatisme agama. Setiap negara mempunyai identitas kebudayaannya, cara berpakaian, keragaman seni budaya, keragaman suku bangsa, perilaku dan karakter yang terbentuk oleh lingkungan dan alam sekitarnya.
Menjadi pengikut mazhab sebuah bangsa itu baik tapi memaksa kebudayaan lain untuk diterapkan di negeri yang sudah punya identitas tersendiri apalagi berdiri di sebuah negara yang mempunyai keragaman budaya, agama, suku, etnis adalah sebuah kekonyolan. Sekali lagi pikiran sempit, tertutup oleh logika radikalisme agama akan menggerus identitas kebangsaan yang sudah diperjuangkan pejuang yang rela mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan dan menyatukan diri dalam negara kesatuan berdasarkan Pancasila.
Batik itu simbol peradaban. Batik itu simbol penghargaan terhadap keunikan produk budaya dan dunia sudah mengakuinya. Jangan dikotori oleh pemikiran segelintir orang yang mengatasnamakan agama untuk memberangus kekayaan budaya bangsa. Mari Bersatu memperkuat identitas Indonesia dengan kekayaan alam serta produk budayanya. Untuk agama, menjadi juru damai dan penebar kasih sayang lebih mulia daripada memprovokasi massa untuk membenci agama lain, apalagi berusaha menghilangkan identitas kebangsaan lewat karya adiluhung bangsa yang sudah termasyur seantero jagad. Batik oleh UNESCO bahkan telah menjadi warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Sangat aneh bila ada orang yang melecehkan kebudayaannya sendiri.