Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Siapakah Kartini Zaman Sekarang

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Susi Pujiastuti adalah perempuan tangguh, perempuan yang tidak gampang menyerah, tidak sekolah tinggi-tinggi, tapi punya kemauan tinggi untuk menjadi yang tertinggi diantara kaumnya perempuan. Ada banyak perempuan tangguh yang bekerja tanpa  gembar-gembor. Banyak perempuan sekarang menjadi penentu kebijakan dan tangguh menjadi pemimpin seperti Wali kota Surabaya Tri Rismaharani.  Mereka berdua hanya segelintir dari banyaknya perempuan yang berjuang di segala jenjang kehidupan di Indonesia saat ini.

Keteguhan Susi membuat banayk kalangan di bisnis kelauatan kalang kabut. banyak yang memaki tapi lebih banyak yang memuji. Susi telah menunjukkan betapa perempuan mampu menjadi pelopor bagi perubahan, pelopor dari pola pikiran lama yang hanya bertekuk lutut saat berhadapan dengan laki-laki. Susi perempuan tangguh yang menjadi inspirasi banyak orang bahwa dengan keterbatasan fisik(dulu waktu muda Susi sering sakit-sakitan, hingga tidak bisa meneruskan ke jenjang lebih tinggi).

Seperti kumpulan surat-surat kartini yang diberi Habis Gelap Terbitlah Terang. Begitulah perjuangan. Setiap orang harus melewati fase-fase gelap untuk bisa menahan gempuran ujian waktu, konsistensi dan aneka macam perubahan. Menjadi tangguh bila bisa melewati ujian-ujian berat kehidupan, entah kegagalan, konflik kehidupan, pasang surut kehidupan rumah tangga, ujian kesehatan, jebakan hidup yang penuh intrik yang akan menyergap manusia setiap waktu.

RA Kartini Banyak memberi inspirasi pada perempuan. Meskipun  sebagai istri bupati dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah budaya feodal yang melingkupi kehidupan dirinya tapi suratnya yang ditujukan pada Ny Abendon, profesor anton, Ny van Kol membuktikan kartini adalah pejuang perempuan, simak saja cuplikan beberapa suratnya:

“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! Berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingan yang abadi”(Surat kartini pada Ny Abendon 4 September 1901)

Kepada Profesor Anton Kartini menulis surat berikut penggalannya:

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.

Kartini yang lahir pada tanggal 21 April menjadi inspirator wanita tangguh untuk berjuang agar sederajad dengan laki-laki, mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin dan mampu motor penggerak perubahan.

Sebagai kodratnya perempuan perempuan tetaplah harus duduk pada kodratnya sebagai pendamping laki-laki, tapi kegigihan perempuan dalam bertahan hidup saat gempuran-gempuran masalah membobardir patut diacungi jempol. Banyak wanita yang sudah mengecap pendidikan tinggi bahkan sampai tingkat doktoral dan menyandang gelar profesor. Yang tidak bersekolah tinggi seperti Susi Pujiastutipun menjadi bukti bahwa ketangguhan itu dimiliki oleh perempuan.

Cuma yang harus dipahami bukan berarti perempuan harus tetap mempunyai sifat keibuan, percaya bahwa dalam embentuk kepribadian anak perlu ibu yang mengerti bagaimana mendidik anak dengan sepenuh jiwa, mempunyai perasaan sensitif untuk membelokkan pandangan keliru tentang kehidupan, menjadi pendamping anak untuk tumbuh kembang.

Kartini sekarang adalah mereka para perempuan yang tetap mengakui kodratnya sebagai perempuan dan tangguh dalam berjuang untuk kehidupan rumah tangganyamenjadi lebih baik sehingga keluarganya tetap mendapat sentuhan kasih sayang ibu.Meskipun mampu menjadi sumber penghasilan keluarga . Sekali lagi kutipan dari surat Kartini "Menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline