Lihat ke Halaman Asli

Dwi Astuti

Guru, Dosen, dan Penulis

Puisiku Menyala Jika Mulutku Dibungkam

Diperbarui: 28 April 2022   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi 

Tak ada yang lebih sopan daripada menyampaikan kritik lewat puisi
Tak ada yang lebih menggelitik daripada komedi yang diam-diam disatire sajak
Tak ada yang lebih menusuk daripada pedang yang dihunus oleh majas

Tak apa, mulutku dijahit pasal-pasal
Tak ada risau, ketika tanganku diikat kebijakan penuh bualan
Tak akan terhenti kaki meski dipasung oleh segelintir kepentingan penguasa

Aku tumbuh dari huruf menjelma kata-kata
Aku bernapas dalam sajak dengan majas-majas
Aku bersuara ketika tak ada lagi yang bisa diorasikan

Aku hidup, bukan sekadar deretan kata tanpa makna
Aku adalah api yang membakar ketidakadilan
Aku adalah air yang menyejukkan hati para pujangga
Aku adalah jelmaan mereka yang tersesat dalam belukar rasa
Aku adalah perwujudan mereka yang indah sekaligus tajam, lembut sekaligus garis keras

Jangan bungkam mulutku, sebab aku akan hidup selamanya
Bersemayam di hati para pejuang dan membara di mata penikmat kata-kata




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline