Lihat ke Halaman Asli

Paradigma Berpikir Coaching untuk Supervisi Akademik

Diperbarui: 16 Desember 2022   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dua minggu terakhir ini Calon Guru Penggerak angkatan 6 baru saja menyelesaikan modul 2.3 yaitu Coaching untuk Supervisi Akademik. Modul ini memuat beberapa materi yaitu konsep coaching, paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching, TIRTA sebagai alur coaching dan supervisi akademik.

Beberapa materi ini memberikan gambaran yang luas bagi para CGP tentang bagaimana melakukan supervisi akademik melalui percakapan coaching. Materi ini juga menjadi bekal yang berharga bagi para calon guru penggerak untuk menjalankan perannya dalam mewujudkan kepemimpinan murid dan juga pemimpin pembelajaran di sekolah.

Banyak emosi yang muncul selama mempelajari modul ini. CGP harus semangat menyelesaikan tugas pada Learning Management System (LMS). Tidak dapat dipungkiri terkadang membutuhkan kecerdasan yang lebih dalam mengatur waktu. Hal ini dikarenakan selama proses belajar CGP juga menjalankan perannya di sekolah dengan normal. 

CGP juga harus pandai mengatur waktu dengan anak-anaknya di rumah. Namun, senyum kembali merekah saat mereka dapat bertemu dengan rekan sesama CGP dalam ruang kolaborasi. Ruang kolaborasi menjadi sarana bertemu secara maya antar anggota kelompok. Setiap peserta pengambil peran dengan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada dirinya.

Selama proses belajar, semua CGP terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Mereka mendapat kesempatan berlatih coaching secara berpasangan. Saat dirinya menjadi coach, pasangannya menjadi coachee dan sebaliknya. Selain itu, mereka juga berkesempatan melakukan praktik coaching dan melakukan observasi. 

Mereka berlatih menyelesaikan masalah melalui paradigm berpikir coaching dalam percakapan coaching. Namun demikian, selama proses berlatih mereka juga menemukan kendala jaringan. Mengingat praktik ini dilakukan secara daring karena peserta dari daerah yang berbeda. Meskipun kendala tersebut dapat diatasi oleh masing-masing peserta.

Beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh para CGP mengenai keterlibatannya dalam proses belajar. Pertama, CGP harus dapat lebih memberdayakan rekannya dalam proses belajar. 

Kedua, mereka juga harus meningkatkan prinsip kehadiran penuh (presence). Yang ketiga, CGP harus dapat lebih aktif memanfaatkan fitur diskusi pada LMS, terutama diskusi yang disampaikan melalui tulisan. Mereka perlu saling mengomentari lebih intensif lagi agar terjadi komunikasi dua arah dan saling memberdayakan.

Sebagai calon pemimpin pembelajaran, CGP dituntut untuk terus mendorong warga sekolah agar selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset. 

Mereka juga dituntut untuk menjadi pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. 

Demi terwujudnya pemimpin yang memberdayakan tersebut, seorang pemimpin pembelajaran perlu menerapkan sebuah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Proses belajar ini menjadi modal besar para calon guru penggerak dalam meningkatkan kematangan diri untuk menjalankan perannya di masa yang akan datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline